Rabu, 31 Mei 2017

Laporan Dewasa Madya



LAPORAN
TUGAS PERKEMBANGAN DEWASA TENGAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Rentang Perkembangan Manusia

Dosen : Satih Saidiyah,Dipl.Psy.,M.Si


Description: Description: logo uin new



Disusun Oleh:
Estri Rohmawati                   (16710001)
Awendsa Amaly N A              (16710014)
Difla Lu’lu’atul M                 (16710015)
Wahyu Wiratmoko               (16710027)





PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017

DAFTAR ISI


DAFTAR ISI ....................................................................................................................  i
BAB I PENGANTAR....................................................................................................... 1
BAB II HASIL LAPORAN .............................................................................................  3
2.1 Deskripsi Tugas Perkembangan................................................................................ 3
2.2 Analisis Tugas Perkembangan.................................................................................. 18
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 25
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................  25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 28


BAB I
PENGANTAR

Masa dewasa tengah juga disebut dengan masa paruh baya. Masa dewasa tengah dianggap sebagai tahapan hidup yang berbeda dengan tahapan lainnya karena memiliki norma sosial, aturan, peluang, dan tantangannya sendiri. Masa dewasa tengah digambarkan sebagai sebuah konstruksi sosial (Gullette, 1998 dalam Papalia, et al., 2009). Papalia (2009) menyatakan bahwa masa dewasa tengah berada dalam kisaran usia 40 sampai 65 tahun. Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa dewasa tengah berada dalam kisaran usia 40 sampai 60 tahun. Masa dewasa tengah merupakan masa pemerolehan dan kehilangan, masa perbekalan, dan membuat keputusan mengenai tahun-tahun yang tersisa.
Pada masa dewasa tengah terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi seperti pada masa sebelumnya, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai mengalami penurunan fungsi. Penglihatan dan pendengaran merupakan dua perubahan yang paling menyusahkan dan paling sering tampak pada masa dewasa tengah. Pada masa ini, perempuan mengalami menopause pada usia rata-rata sekitar 50 atau 51 tahun, sedangkan pada laki-laki yang memasuki usia dewasa tengah biasanya mengalami penurunan dalam hal kesuburan dan fekuensi orgasme (Papalia, et al., 2009).
Pada masa dewasa tengah, penelitian Longitudinal Seattle menemukan bahwa tiga dari enam kemampuan mental dasar meningkat dan mencapai puncak, tetapi terdapat variabilitas individual yang besar dalam peforma kognitif. Pada masa dewasa tengah fluid intellegence mengalami penurunan lebih cepat daripada crystallized intellegence. Kemajuan dalam keahlian telah diatribusikan pada pengapsulan kemampuan fluid dalam bidang pilihan seseorang. Pemikiran pasca formal berguna dalam situasi-situasi yang menuntut pemikiran integratif (Papalia, et al., 2009).  Aspek kognitif yang menurun pada masa dewasa tengah adalah daya ingat. Daya ingat pada masa dewasa tengah lebih mungkin terjadi ketika memori jangka panjang terlibat daripada memori jangka pendek (Craik, 1977 dalam Santrock, 2002).
Pada masa dewasa tengah, seseorang akan mengalami masalah-masalah psikososial yang berkaitan dengan kehadiran krisis paruh baya, perkembangan identitas, dan kesejahteraan psikologis. Menurut teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan psikososial yang utama pada masa dewasa tengah adalah mencapai generativitas (Erikson, 1982). Generativitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generativitas dengan anak-anaknya  melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah  gagal mencapai generativitas akan terjadi stagnasi. Hal tsb ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat (Alwisol, 2014 ; Papalia, et al., 2009).
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa dewasa tengah antara lain yaitu mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara, membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia, mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk mengisi kekosongan waktu, menghubungkan diri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi, mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam pekerjaan,  serta menyesuaikan diri dengan orangtua yang semakin tua.


BAB II
HASIL LAPORAN

2.1  Deskripsi Tugas Perkembangan
1)      Subjek A
v  Identitas
Subjek A dalam penelitian ini adalah seorang perempuan bernama Saraswati. Saat ini subjek berusia 41 tahun. Subjek saat ini telah menikah. Subjek bekerja sebagai pedagang di rumah. Subjek beragama Islam.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, subjek merasa muda, kuat dan bugar, sehingga dapat melakukan banyak aktivitas dengan produktif. Setelah memasuki usia 40 tahun subjek merasa sering pegal-pegal dan cepat lelah, namun hal tersebut belum terlalu mempengaruhi kinerjanya. Subjek masih memiliki semangat kerja yang tinggi. Subjek mengaku menjadi lebih semangat menjalankan ibadah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
v  Hubungan Sosial
Subjek memiliki hubungan sosial yang sangat baik dengan teman sebaya maupun tetangga, karena subjek termasuk orang yang mudah bergaul. Subjek juga merupakan orang asli Yogyakarta, sehingga subjek telah mengetahui dan memahami budaya yang ada di Yogyakarta, sehingga subjek mudah untuk menjalin relasi dengan teman dan tetangganya. Relasi subjek cukup luas, karena subjek adalah seorang pedagang yang setiap hari harus pergi ke pasar untuk belanja. Hal tersebut  membuat subjek mengenal banyak orang-orang di pasar dan menambah pertemanan dan persaudaraan subjek dengan orang lain. Subjek merasa lebih mudah dalam mencari bantuan ketika sedang kesulitan karena memiliki relasi yang luas. Subjek juga mengikuti kegiatan ibu-ibu yang ada di kampung, sehingga membuat hubungan subjek dengan tetangga terjalin dengan baik.
Subjek memiliki hubungan yang sangat dekat dengan relasi sosial. Hal tersebut karena subjek berusaha mengikuti kegiatan yang ada di kampung. Selain itu, subjek juga mengikuti kegiatan yang ada di pasar seperti arisan, kredit-kredit barang, dan lain-lain. Subjek menerapkan budaya saling menyapa dan saling membantu. Budaya tersebut membuat subjek memiliki hubungaan yang baik dengan lingkungan sosial. Subjek juga menjaga relasi sosial dengan keluarga besar dengan cara menjenguk atau berkunjung untuk menjaga komunikasi dan tali silaturahmi.
Subjek mengikuti kegiatan kelompok secara rutin seperti perkumpulan Rukun Tetangga, Rukun Warga, dan pengajian yang biasanya dilakukan seminggu sekali. Selain itu subjek juga mengikuti kegiatan hadrah yang ada di kampung, tetapi akhir-akhir ini sudah jarang mengikuti karena keadaan fisik yang mulai menurun.
v  Hubungan dengan Anak
Subjek memiliki 6 anak, terdapat 2 anak yang sudah menikah, 2 anak sedang dalam masa remaja, dan 2 anak yang masih kanak-kanak. Subjek tidak melakukan persiapan khusus ketika anaknya memasuki masa remaja. Subjek hanya selalu mendoakan anak-anaknya sepanjang waktu. Subjek mengalami kekhawatiran dalam masalah pergaulan remaja. Subjek selalu memberikan nasihat kepada anak-anaknya, terutama pada anak yang masih remaja, karena masa remaja merupakan masa yang masih labil dan biasanya mudah terpengaruh.
Subjek dan suaminya tidak menerapkan pola pengasuhan yang  memanjakan anak. Subjek mengajarkan kemandirian. Subjek mengajarkan kepada kemandirian kepada anaknya dengan cara menyuruhnya untuk membantu melayani pembeli di warung subjek. Selain itu, subjek juga mengajarkan anaknya untuk melakukan pekerjaan rumah, walaupun anaknya yang masih remaja tekadang membangkang atau tidak mau, tetapi subjek setidaknya sudah mengajarkan anak tentang kemandirian. Subjek juga mengajarkan anaknya untuk saling menyayangi saudaranya.

v  Hubungan dengan Pasangan
Pernikahan subjek telah berjalan 24 tahun, yaitu sejak tahun 1993. Bagaimana fase-fase perubahan adaptasi dengan pasangan. Subjek menikah pada usia 16 tahun, setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama, sedangkan suami dari subjek berusia 28 tahun. Subjek tidak melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya karena faktor ekonomi. Subjek menikah muda, sehingga di usia 41 tahun sudah memiliki 6 anak. Pada awal-awal pernikahan, subjek harus banyak beradaptasi dengan pasangan, karena subjek masih seorang remaja, sedangkan suaminya telah dewasa. Subjek mencoba untuk menyesuaikan diri dengan banyak melakukan nasihat-nasihat dari suaminya dan orang tuanya. Untuk saat ini subjek telah menyesuaikan diri dengan baik.
Subjek tidak mengalami masalah yang besar dalam membagi waktu untuk pengasuhan anak, kerja, dan menyatu kembali dengan pasangan. Hal tersebut karena subjek bekerja sebagai pedagang di warung yang letaknya ada di rumahnya sendiri, sehingga subjek tetap dapat bekerja sambil mengasuh anak-anak dan tidak kehilangan waktu dengan suaminya.
v  Hubungan dengan Keluarga atau Orangtua yang Semakin Tua
Mertua dari subjek, baik ibu maupun bapak, saat ini telah meninggal. Subjek memiliki hubungan yang baik dengan mertuanya sebelum meninggal. Subjek menjalin hubungan yang sangat baik dengan orang tuanya sendiri. Subjek tidak tinggal serumah dengan orang tuanya, namun subjek selalu menjenguk dan memberikan sebagian rejeki yang ada kepada orangtuanya.
Subjek merasa tidak melakukan banyak penyesuaian terhadap orang tua yang semakin menua. Subjek merasa semuanya baik-baik saja dan tidak ada perbedaan yang banyak. Subek merasa menjadi lebih sayang dan menghormati orang tua, karena subjek juga merasakan bagaimana menjadi orang tua dan usia semakin bertambah.

v  Hubungan dengan Diri Sendiri
Subjek memaknai hidupnya dengan bahagia, penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu instropeksi diri. Subjek lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT.
·      Fisik
Subjek merasa fisiknya menjadi tidak sekuat dulu, mudah merasa lelah, dan sering merasa pegal-pegal. Subjek merasa bahwa mulai muncul keriput pada wajah, rambut mulai memutih, dan merasa tidak segar lagi.
Subjek sering mengeluh mengalami sakit pada kakinya. Selain itu, subjek juga mempunyai penyakit diabetes.
Subjek menjaga kesehatan fisiknya dengan menjaga pola makan, mengurangi makanan yang banyak mengandung gula. Selain itu subjek juga selalu melakukan olahraga lari pagi setiap hari bersama suaminya.
·      Psikologis
Subjek menjadi lebih khawatir dengan adanya perubahan fisik. Subjek khawatir jika dirinya tidak lagi dapat melakukan banyak aktivitas. Subjek saat ini sudah tidak berani lagi menyetir motor di jalan raya. Subjek telah mengerti bahwa dirinya akan mengalami menopause. Subjek akan menjalani hal tersebut apa adanya dan menerimanya.
Subjek merasa lebih prima sebelum memasuki usia 40 tahun. Hal tersebut karena kondisi fisik pada usia sebelum 40 tahun masih prima atau kuat, tidak seperti saat ini yang mulai mengalami penurunan.
Subjek memaknai hidupnya dengan bahagia, penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu instropeksi diri. Subjek lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT. Kebahagiaan terbesar yang dirasakan subjek adalah ketika melihat semua anggota keluarga sehat dan bahagia.
·      Karir
Subjek bekerja sebagai pedagang atau wiraswasta. Pekerjaan subjek adalah penjual aneka jus, lotek, dan kupat tahu. Subjek membuka warungnya di rumah dan membukanya setiap hari dari pagi hingga sore. Subjek bekerja untuk membantu ekonomi keluarga.
Subjek menjalani seluruh kegiatan dalam hidupnya dengan baik. Subjek senang melakukan pekerjaannya dan membuat subjek dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Subjek memandang karir dengan lebih bertanggung jawab, sehingga membuat subjek lebih bersemangat untuk bekerja karena masih ada 4 orang anak yang masih membutuhkan biaya untuk hidup.
v  Hubungan dengan Tuhan
Subjek merasa lebih tenang, tentram, dan damai ketika melibatkan agama dalam menjalani kehidupan. Subjek menganggap bahwa agama memberikan arah untuk menjalani hidup lebih baik dalam kehidupan keluarga.
Subjek merasa masih sangat kurang dalam pendidikan dan pengetahuan tentang agama. Subek merasa masih membutuhkan banyak bimbingan, sehingga subjek selalu menyempatkan diri untuk mengikuti pengajian secara rutin. Saat ini, subjek melakukan sholat wajib lebih tepat waktu. Selain itu, subjek mulai rajin melakukan sholat sunnah seperti tahajud dan dhuha. Subjek belum dapat membaca Al-Qur’an setiap hari, karena masih disibukkan dengan pekerjaan dan mengasuh anak-anaknya yang masih kecil. Subjek merasa belum puas dengan ibadahnya dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik lagi dalam menjalin hubungan dengan Allah SWT.

2)      Subjek B
v  Identitas
Subjek B dalam penelitian ini adalah seorang perempuan bernama Yanti. Saat ini subjek berusia 42 tahun. Subjek saat ini telah menikah. Subjek adalah istri kedua dan bekerja sebagai penjahit di rumah. Subjek beragama Islam.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, subjek merasa masih muda, kuat beraktivitas. Setelah memasuki usia 40 tahun subjek merasa sering pegal-pegal merasa cepat lelah, dan lebih sering mengeluhkan sakit varises yang dialaminya. Subjek memiliki semangat kerja yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan anak dan mengurangi beban suami. Di usianya saat ini, subjek ingin menghabiskan waktu dengan keluarga besar suami dengan menjaga silaturahmi agar lebih akrab.
v  Hubungan Sosial
Subjek memiliki hubungan sosial yang baik dengan teman sebaya maupun tetangga, meskipun subjek adalah orang yang pendiam dan susah bergaul. Subjek berasal dari Yogyakarta. Subjek merasa mudah untuk menjalin relasi dengan teman pelanggannya. Relasi subjek dapat dikatakan cukup luas, karena subjek adalah seorang penjahit yang setiap hari menerima pesanan dari beberapa kalangan dan daerah. Hal tersebut membuat subjek mengenal banyak orang-orang penting yang menjadi pelanggannya dan dapat menjalin silaturahmi. Di saat sedang kesulitan, subjek merasa sungkan untuk meminta bantuan tetangga, sehingga subjek kadang-kadang hanya meminta bantuan kepada keluarga dan kerabat dekatnya.
Subjek memiliki hubungan yang cukup dengan relasi sosial. Subjek menjalin pertemanan yang baik dengan pelanggannya. Namun, hubungan subjek dengan istri pertama dari suaminya belum dapat sedekat apa yang diharapkan. Hal tersebut karena istri pertama belum mampu menerima subjek yang telah menjadi istri kedua suaminya. Subjek mengaku selama menikah sampai saat ini baru dua kali dipertemukan langsung oleh istri pertama yang bernama Ibu Eny. Subjek mengaku dapat merasakan apa yang Ibu Eny rasakan. Subjek berpikir bahwa mungkin sampai saat ini Ibu Eny masih merasa dikhianati oleh suaminya karena menikahi perempuan lain. Subjek mencoba menerima keadaan ini dan merasa sangat bersyukur dapat memiliki hubungan dekat dengan keluarga suami, walaupun belum dapat dekat dengan Ibu Eny. Subjek juga menjaga relasi sosial dengan keluarga besar dengan cara menjenguk atau berkunjung untuk menjaga komunikasi dan tali silaturahmi dengan keluarga besar suami.
Subjek mengikuti kegiatan kelompok secara rutin seperti komunitas penjahit dan desainer daerah Yogyakarta. Untuk pengajian, subjek mengaku jarang mengikuti. Hal tersebut karena subjek takut mencoreng nama Ibu Eny yang bekerja sebagai ustadzah di salah satu stasiun televisi swasta. Subjek tidak mau lagi untuk mengikuti pengajian karena salah satu kelompok rekan pengajiannya ada yang membicarakannya dengan mencibir “istri simpanan/istri kedua”. Sejak saat itu, subjek merasa sakit hati, malu, dan takut jika nama Ibu Eny dibawa-bawa dalam perbincangan sekumpulan ibu-ibu tersebut.
v  Hubungan dengan Anak
Subjek baru memiliki 1 anak perempuan berumur 7 tahun. Subjek menyiapkan bekal keagamaan kepada anaknya yang menurutnya masih susah diatur dan mudah menangis. Subjek merasa bahwa anaknya harus dibekali agama sedini mungkin, terutama diajarkan shalat dan mengaji. Selain itu diajarkan pula norma kesopanan contohnya mengucapkan minta maaf dan terimakasih, diajarkan pula untuk tidak memukul teman, tidak cengeng, dan dibiasakan mulai belajar untuk tidur sendiri. Beliau sangat memaklumi tingkah manja anaknya dan sering menuruti keinginan anaknya.
Di usia anaknya yang sedang tumbuh dan berkembang, subjek juga mengamati bakat dan minat anak. Subjek mengatakan bahwa anaknya memiliki bakat fashion show dan sudah memiliki banyak piala dan piagam dari lomba itu. Subjek merasa bersyukur memiliki anak yang percaya diri dan tidak pendiam seperti dirinya. Subjek sangat mendukung anak jika masuk dunia modelling. Subjek membuatkan baju sesuai tema lomba, selain itu juga mengajarkan dia cara jalan dan berpose diatas panggung, lalu subjek juga me-make up anaknya sendiri.
Terkait dengan pola pengasuhan, subjek merasa pola pengasuhan yang diterapkan suami kepada anaknya berbeda dengan pola pengasuhan yang dia terapkan. Subjek merasa bahwa anaknya selalu dimanjakan oleh suami. Berbeda dengan yang diterapkan subjek, jika anak tidak terlalu membutuhkan apa yang dia minta/inginkan, subjek tidak akan memberi/membelikan. Hal tersebut karena subjek merasa ingin menghemat dan mengatur keuangan dengan baik, selain itu agar anak tidak terbiasa dituruti sampai sifat manjanya tidak dihilangkan. Dengan cara itulah subjek mengajarkan kemandirian kepada anaknya.
v  Hubungan dengan Pasangan
Pernikahan subjek telah berjalan 14 tahun, yaitu sejak tahun 2003. Jika ditanya mengenai fase-fase perubahan adaptasi dengan pasangan, subjek menceritakan awal dulu kenal karena suaminya sedang mencari tanah di daerah Bantul untuk dibangun sebuah panti asuhan. Kebetulan suaminya mau membeli tanah ayah dari subjek, dan disaat itu ayahnya sedang sakit dan keluarga subjek sedang membutuhkan biaya. Karena ibu dari subjek sudah meninggal dan saat itu usia subjek 20-an dan Ibu Yanti hanyalah anak semata wayang, akhirnya karena tanah ayah itu nantinya menjadi hak subjek kemudian dijual ke suaminya. Saat bertemu pertama kali dengan suami, subjek menjelaskan alasannya menjual tanah itu dan menceritakan keadaan keluarganya. Mulai dari situlah niat suaminya untuk melanjutkan hubungan yang serius walaupun suami sudah jujur kalau sudah memiliki istri dan 3 anak. Awalnya subjek merasa takut dan ragu, tetapi subjek menyanggupi lamaran dan keluarga menyetujui keputusannya.
Selama menikah, subjek sempat mengalami masalah serius saat meminta suami untuk adil membagi waktu dengan kedua istri. Subjek merasa waktu lebih berharga dari pada harta, itulah prinsip hidup yang diterapkan. Subjek bekerja sebagai penjahit yang letaknya ada di rumahnya sendiri, sehingga subjek tetap dapat bekerja sambil mengasuh anak dan walaupun tidak selalu didampingi oleh suami.
v  Hubungan dengan Keluarga atau Orangtua yang Semakin Tua
Subjek sangat bersyukur masih memiliki satu ibu mertua yang masih sehat walaupun sudah sepuh. Karena kedua orangtua dari subjek sudah meninggal. Subjek sangat memaknai hidupnya jika sedang berkumpul bersama ibu mertua. Subjek merasa sangat sayang dengan mertuanya karena dirinya juga merindukan kasih sayang seorang ibu. Subjek sering berkunjung dan membawakan sarapan atau terkadang mengajak makan diluar bersama. Subjek juga merasa bersyukur karena ibu mertua mau menerima dirinya sebagai menantu walaupun sebagai istri kedua. Ketika lebaran atau acara formal, subjek sering membuatkan baju khusus untuk mertuanya.
v  Hubungan dengan Diri Sendiri
Di usia subjek yang ke 42 tahun ini, subjek memaknai dengan rasa syukur, karena dulu pernah merasa minder disaat melihat adik ipar diumur 40-an, anaknya sudah remaja. Subjek menyadari diumur sekian baru memiliki anak yang masih kecil, dikarenakan faktor telat menikah.
·         Fisik
Subjek merasa fisiknya menjadi lemah tak sekuat dulu, mudah merasa lelah, terutama kaki karena memiliki penyakit varises, dan sering merasa pegal-pegal, itu yang menjadi penghambat dalam bekerja. Subjek merasa bahwa mulai muncul keriput pada wajah lalu merutinkan perawatan wajah agar tampak lebih percaya diri. Selain itu, rambut mulai memutih atau beruban. Subjek merasa tidak terlalu memikirkan perihal rambut memutih karena kesehariannya menggunakan jilbab. Subjek sering mengeluh mengalami sakit pada kakinya dan saat ini sedang menjalankan pengobatan herbal.
Subjek menjaga kesehatan fisiknya dengan menjaga pola makan, istirahat yang cukup, dan rutin berolahraga pagi dirumah menggunakan alat fitness yang sudah tersedia di rumah seperti treadmill, dan lain-lain. Selain itu, subjek juga rutin minum susu agar tulang kuat dan mengurangi sakit pada kakinya.
·      Psikologis
Subjek merasa gelisah karena dengan perubahan fisik yang merasa cepat lelah dan tak sekuat dulu, ia merasa kurang memberi kasih sayang yang penuh kepada anaknya seperti sudah tak kuat menggendong.
Subjek saat ini sudah tidak berani mengendarai motor dan memilih menyetir mobil matic untuk kesehariannya. Hal tersebut karena faktor kaki yang memiliki varises, dan mudah lelah. Subjek telah mengerti bahwa dirinya akan mengalami menopause. Subjek akan menjalani hal tersebut apa adanya dan menerimanya.
Subjek merasa lebih prima sebelum memasuki usia 40 tahun. Hal tersebut karena kondisi fisik pada usia sebelum 40 tahun masih prima atau kuat, gesit dan tidak cepat lelah, tidak seperti saat ini yang mulai mengalami penurunan.
Subjek memaknai hidupnya dengan bahagia, penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu instropeksi diri. Subjek lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT. Subjek memiliki harapan agar Ibu Eny segera menerimanya dan keluarganya menjadi harmonis .
·      Karir
Subjek bekerja sebagai penjahit atau wiraswasta. Subjek membuka usaha jahitnya di rumah dan membukanya setiap hari dari pagi hingga sore. Subjek bekerja untuk membantu ekonomi keluarga terutama mengurangi beban suami. Selain menjahit, subjek membuka kursus menjahit yang diadakan 2 kali seminggu. Subjek merasa perlu melatih kesabaran untuk membimbing orang lain dan bersyukur bisa memberikan ilmunya kepada orang lain.
Subjek memilih membuka toko jahitnya di rumah karena tidak ingin repot bolak-balik tempat kerja dengan rumah. Subjek merasa bebas jika pekerjaannya dilakukan di rumah. Dengan begitu, subjek merasa lebih mudah membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga terutama anak.
Subjek memandang karir dengan lebih bertanggung jawab, karena selain untuk pemasukan keluarga, ia bertanggung jawab membimbing anak didiknya yang telah mendaftar kursus. Subjek merasa ingin membantu mereka membuka peluang usaha untuk oranglain terutama untuk dirinya sendiri. Bagi subjek, cita-cita seorang penjahit setelah sukses adalah membuka butik, dan itulah harapan ke depan dari subjek.
v  Hubungan dengan Tuhan
Subjek mengungkapkan bahwa agama segalanya bagi hidupnya. Sebagai landasan hidup dan sebagai petunjuk arah kemana kita harus berjalan melewati hidup ini. Subjek merasa hambar tanpa adanya agama. Ia merasa lebih tenang, tentram, dan damai ketika melibatkan agama dalam menjalani kehidupan.
Di usianya yang tak muda lagi, subjek merasa harus ada perubahan tiap tahunnya. Terutama dalam hal shalat dan puasa sunnah yang harus dijalankan. Subjek telah berkomitmen pada diri sendiri yang saat itu menggenapi usia ke-40 tahun, dirinya harus rajin menjalankan shalat dan puasa sunnah. Subjek juga memiliki amanah untuk mengajarkan anaknya agama, dan terutama mengajarinya shalat wajib dan mengaji. Subjek merasa masih sangat kurang dalam pendidikan dan pengetahuan tentang agama. Subjek mencoba belajar dari internet dan membeli buku-buku bernuansa islami agar dapat menjadi istri dan seorang ibu yang baik.

3)      Subjek C
v  Identitas
Subjek C dalam penelitian ini adalah seorang perempuan bernama Wartini. Saat ini subjek berusia 43 tahun. Subjek saat ini berstatus janda. Subjek bekerja sebagai buruh sungging wayang. Subjek beragama Islam.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, subjek merasa muda, badannya masih bagus, kuat dan bugar, sehingga dapat melakukan banyak aktivitas dengan produktif dan tidak mudah lelah. Setelah memasuki usia 40 tahun subjek merasa sering mudah lelah, cepat mengantuk, dan pegal-pegal. Subjek masih memiliki semangat kerja yang tinggi, meskipun saat ini produktivitas sudah semakin menurun. Subjek adalah tulang punggung keluarga dengan dua anak yang bersekolah serta harus membiayai keluarga besarnya termasuk orang tua dan adiknya yang merupakan seorang pecandu narkoba. Subjek mengaku menjadi lebih semangat menjalankan ibadah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. hal tersebut karena subjek merasa sudah semakin dekat dengan kematian.
v  Hubungan Sosial
Subjek memiliki hubungan sosial yang baik dengan teman sebaya maupun tetangga, meskipun saat ini subjek mengaku sudah jarang berkunjung ke rumah teman-teman sebayanya karena jauh dan fisiknya sudah tidak seperti dulu lagi. Hubungan sosial subjek dengan tetangga sangat baik. Subjek dikenal sebagai orang yang ramah dan mudah bergaul. Tak heran jika subjek sangat dekat dengan para tetangganya.
Subjek memiliki hubungan yang sangat dekat dengan relasi sosial. Hal tersebut karena subjek berusaha mengikuti kegiatan yang ada di kampung. Subjek mengikuti kegiatan kelompok secara rutin seperti perkumpulan Rukun Tetangga, Rukun Warga, dan pengajian yang biasanya dilakukan pada malam jumat serta perkumpulan ibu-ibu PKK.
v  Hubungan dengan Anak
Subjek saat ini memiliki 2 anak, anak pertama adalah perempuan berusia 16 tahun yang kini memasuki kelas satu SMA. Anak yang kedua adalah seorang laki-laki berusia 9 tahun yang kini duduk bangku di kelas 3 SD. Terkait dengan masalah mendidik anak, subjek mengaku tidak terlalu banyak mengatur. Hal tersebut karena menurutnya terlalu banyak mengatur membuat anak menjadi tidak dekat dan merasa tidak bebas. Apapun yang menjadi keputusan anak asalkan itu positif, semampu mungkin subjek akan mendukung. Walaupun terkadang tidak sesuai kemauan subjek namun sebisa mungkin subjek memberi fasilitas serta tetap terus mengawasi.
Subjek mengajarkan kemandirian. Subjek juga mengajarkan anaknya untuk melakukan pekerjaan rumah, walaupun anaknya yang masih remaja tekadang membangkang atau tidak mau, tetapi subjek setidaknya sudah mengajarkan anak tentang kemandirian. Subjek juga mengajarkan anaknya untuk saling menyayangi saudaranya. Serta subjek mendidik anak dalam bidang keagamaan. Dengan memasukan anak-anaknya di pengajian.
v  Hubungan dengan Pasangan
Subjek saat ini adalah seorang single parent, semenjak mantan suaminya pergi begitu saja meninggalkan subjek dengan kedua anaknya yang masih kecil. Jika tidak bercerai, usia pernikahan mereka sudah hampir 17 tahun, namun sekitar 5 tahun yang lalu, subjek memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan mantan suaminya setelah subjek melihat mantan suaminya tinggal bersama wanita lain dan sudah memiliki anak yang saat itu berumur hampir sama dengan anak kedua mereka.
Subjek mengaku bahwa pernikahan mereka tidak diresmikan oleh negara alias siri. Saat itu subjek terbujuk rayu mantan suaminya yang adalah seorang perantauan asal Maluku yang tiba-tiba melamarnya dan mengajak subjek menikah secara diam-diam.
Subjek tidak mengalami masalah yang besar dalam membagi waktu untuk pengasuhan anak dan bekerja. Hal tersebut karena subjek bekerja dirumah, sehingga subjek tetap dapat bekerja sambil mengasuh anak-anaknya.
v  Hubungan dengan Keluarga atau Orangtua yang Semakin Tua
Orang tua subjek saat ini masih utuh kedua-duanya. Ayah dari subjek sedang menderita sakit dan baru saja dioperasi. Rasa penyesalan subjek kepada orang tuanya karena masa lalunya, membuat subjek saat ini mengaku ingin semakin dekat dan merawat kedua orang tuanya. Sebelumnya, hubungan subjek dengan orangtuanya memburuk setelah subjek menikah siri dengan mantan suami. Namun, saat ini subjek sudah memperbaiki hubungannya dengan keluarga besar subjek.
Subjek merasa tidak melakukan banyak penyesuaian terhadap orang tua yang semakin menua. Subjek merasa semuanya baik-baik saja dan tidak ada perbedaan yang banyak. Subek merasa menjadi lebih sayang dan menghormati orang tua, karena subjek juga merasakan bagaimana menjadi orang tua dan usia semakin bertambah.
Hubungan subjek dengan mantan mertua sudah tidak lagi berjalan. Bahkan menurut penuturannya, subjek mengaku baru satu kali bertemu dengan mertua. Itupun dengan keadaan diam-diam dan disembunyikan agar sanak saudara mantan suami tidak mengetahui keberadaan subjek.
v  Hubungan dengan Diri Sendiri
Subjek memaknai hidupnya dengan bahagia, penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu instropeksi diri. Subjek saat ini terus mendekatkan diri pada Allah SWT.
·      Fisik
Subjek merasa keadaan fisiknya saat ini banyak mengalami penurunan, seperti penglihatan semakin berkurang, rambut menjadi mudah rontok, rambut memutih, dan semakin lebih mudah sakit, seperti mengalami demam.
Subjek menjaga kesehatan fisiknya dengan menjaga pola makan, mengurangi makanan yang banyak mengandung minyak. Selain itu subjek juga saat ini aktif melakukan senam bersama ibu-ibu PKK setiap sabtu sore.
·         Psikologis
Subjek menjadi lebih khawatir dengan adanya perubahan fisik. Subjek khawatir jika dirinya tidak lagi dapat melakukan banyak aktivitas seperti saat dirinya muda. Subjek semakin merasa dirinya sebentar lagi mengahadap Tuhan, dengan keadaan fisiknya saat ini subjek merasa kematian semakin dekat. Subjek kadang-kadang merasa bersalah kepada anak-anaknya, karena takut tidak dapat mengantar mereka pada kesuksesan.
Subjek merasa lebih prima sebelum memasuki usia 40 tahun. Hal tersebut karena kondisi fisik pada usia sebelum 40 tahun masih prima atau kuat, tidak seperti saat ini yang mulai mengalami penurunan.
Subjek memaknai hidupnya dengan bahagia, penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu instropeksi diri. Subjek lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT. Kebahagiaan terbesar yang dirasakan subjek adalah ketika melihat anak-anak dan kedua orangtuanya sehat dan bahagia.
·      Karir
Subjek saat ini bekerja sebagai buruh sungging wayang dengan penghasilan yang tidak terlalu banyak, sehingga subjek mengaku harus mencari penghasilan lain yaitu dengan kerja serabutan serta terkadang ikut berjualan dengan tetangganya.
Subjek menjalani seluruh kegiatan dalam hidupnya dengan baik. Subjek senang melakukan pekerjaannya dan membuat subjek dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Subjek memandang karir dengan lebih bertanggung jawab, sehingga membuat subjek lebih bersemangat untuk bekerja karena masih ada dua orang anak serta keluarga besarnya yang harus subjek hidupi.
v  Hubungan dengan Tuhan
Agama menjadi sangat penting bagi subjek. Agama adalah tuntunan untuk mengahadap Tuhan. Agama adalah kebahagiaan dan juga cahaya baginya. Subjek merasa lebih tenang, tentram, dan damai ketika melibatkan agama dalam menjalani kehidupan. Subjek menganggap bahwa agama memberikan arah untuk menjalani hidup lebih baik dalam kehidupan keluarga. Subjek juga ingin membawa adiknya menuju jalan yang lebih baik dan meninggalkan narkoba. Subjek juga ingin adiknya kembali kepada Tuhannya dengan keadaan yang baik.

2.2  Analisis Tugas Perkembangan
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang. Di antara 3 subjek tersebut, terdapat persamaan dan perbedaan dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Usia dari ketiga subjek dalam penelitian ini bervariasi, subjek A berusia 41 tahun, subjek B berusia 42 tahun, dan subjek C berusia 43 tahun. Pekerjaan dari ketiga subjek dalam penelitian ini berbeda-beda, subjek A bekerja sebagai pedagang, subjek B bekerja sebagai penjahit, dan subjek C bekerja sebagai buruh sungging wayang. Subjek A dan B berstatus menikah dan masih memiliki suami, sedangkan subjek C berstatus janda. Seluruh subjek dalam penelitian ini beragama Islam.
Pada tugas perkembangan hubungan sosial, seluruh subjek memiliki hubungan sosial dan relasi sosial yang baik. Seluruh subjek dapat menjalin hubungan sosial dan relasi sosial yang baik dengan tetangga dan rekan-rekan kerja. Seluruh subjek mengikuti beberapa kegiatan di kampung seperti perkumpulan Rukun Tetangga dan arisan. Terdapat 1 dari 3 subjek yang memiliki sifat pendiam dan sulit bergaul, yaitu subjek B. Namun, subjek B tersebut tetap memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, terutama dengan para pelanggannya. Subjek A dan C memiliki sifat mudah bergaul dan ramah, sehingga dapat menjalin hubungan sosial dengan baik.
Pada masa dewasa tengah, pertemanan atau hubungan sosial merupakan sumber dukungan emosional dan kesejahteraan, terutama bagi wanita. Pertemanan sering kali berkisar di sekitar tempat tinggal, pekerjaan, dan organisasi-organisasi di sekitarnya (Antonucci et al., 2001 dalam Papalia, et al., 2009). Pada tugas perkembangan hubungan sosial, seluruh subjek memiliki pertemanan dan relasi sosial yang baik dengan orang-orang di sekitarnya, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan kerja.
Pada tugas perkembangan hubungan dengan anak, seluruh subjek memberikan nasihat-nasihat dan bekal mengenai ajaran agama kepada anak-anaknya. Seluruh subjek menerapkan pola asuh yang tidak memanjakan, mengajarkan kemandirian, dan mendukung anak dalam kegiatan yang positif. Terdapat 1 dari 3 subjek yang memiliki anak yang masih belum mendekati masa remaja, yaitu subjek B. Subjek B memberikan perhatian kepada anaknya, terutama pada minat dan bakatnya.
Pada masa dewasa tengah, banyak orang paruh baya yang menjadi orang tua bagi remaja. Orang tua menjadi lebih sibuk, karena selain harus berfokus pada masalah mereka sendiri, orang tua juga harus peduli dan memperhatikan anak remaja mereka yang sedang berada pada masa transisi (Papalia, et al., 2009). Kemandirian anak merupakan sebuah tanda keberhasilan orang tua dalam mengasuh anak, sehingga pada masa ini kebanyakan orang tua mengasuh anaknya dengan mengajarkan kemandirian (Antonucci et al.,, 2001 dalam Papalia, et al., 2009). Pada tugas perkembangan hubungan dengan anak ini, seluruh subjek mempersiapkan anak yang akan memasuki masa remaja dengan memberikan nasihat-nasihat, ajaran agama, dan mengajarkan kemandirian kepada anak-anaknya.
Pada tugas perkembangan hubungan dengan pasangan dan keluarga, seluruh subjek tidak merasa kesulitan dalam membagi waktunya dengan pasangan atau keluarga. Hal tersebut karena seluruh subjek bekerja sebagai wiraswasta, sehingga tidak terlalu terikat waktu. Seluruh subjek memiliki usia pernikahan dan penyesuaian diri yang berbeda-beda. Subjek A memiliki usia pernikahan 23 tahun, subjek B memiliki usia pernikahan 14 tahun, sedangkan subjek C telah bercerai. Subjek A melakukan adaptasi pada awal pernikahan, hal tersebut karena selisih usia antara subjek dan pasangannya yang jauh. Saat ini hubungan antara subjek A dengan suaminya semakin baik. Subjek B melakukan adaptasi dengan suami dan istri pertama suaminya. Subjek B merupakan istri kedua, sehingga harus beradaptasi dengan keadilan dari suaminya. Subjek B sampai saat ini masih menyesuaikan diri dengan istri pertama dari suaminya, namun subjek B telah berhasil menjalin hubungan yang harmonis dengan suaminya. Subjek C melakukan adaptasi yang cukup berat setelah menjadi single parent karena suaminya memilih pergi dan membangun keluarga baru dengan orang lain. Subjek C mengatasi masalah tersebut dengan memberikan perhatian lebih kepada anak dan kedua orang tuannya.
Para peneliti menyatakan bahwa selama 20 sampai 24 tahun pertama pernikahan, makin lama pasangan menikah, semakin menurun tingkat kepuasan. Pada usia pernikahan 35 sampai 44 tahun, kepuasan akan kembali meningkat (Orbuch et al., 1996 dalam Papalia, et al., 2009). Hal tersebut kurang sesuai dengan hasil dalam penelitian ini. Pada tugas perkembangan hubungan dengan pasangan, 2 dari 3 subjek yang usia pernikahannya baru memasuki usia 14 tahun dan 23 tahun, sudah merasa harmonis dan mencapai kepuasan.
Pada tugas perkembangan hubungan dengan keluarga khususnya orang tua yang semakin tua, seluruh subjek memiliki hubungan yang baik, baik dengan orang tua ataupun dengan mertuanya. Seluruh subjek mengaku menjadi lebih sayang dan menghormati kepada orang tuanya, hal tersebut karena seluruh subjek telah memahami dan merasakan menjadi orang tua. Tetapi terdapat 1 dari 3 subjek yang tidak berhubungan baik dengan mertua, karena telah bercerai dengan suaminya dan juga faktor pernikahan siri yang tidak disetujui oleh mertua.
Kebanyakan orang dewasa berusia paruh baya dan orang tua mereka memiliki hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang berdasarkan hubungan yang sering dilakukan dan bantuan yang timbal balik (Antonucci & Akiyama, 1997 dalam Papalia, et al., 2009). Kebanyakan orang-orang berusia paruh baya bersedia menerima kewajiban mereka untuk merawat orang tuanya, mereka belajar untuk menerima dan memenuhi kebutuhan ketergantungan orang tua mereka, hal ini disebut kematangan anak (Antonucci et al, 2001 dalam Papalia, et al., 2009). Pada tugas perkembangan hubungan dengan keluarga khususnya orang tua yang semakin tua ini, seluruh subjek memiliki hubungan yang leibh baik, baik dengan orang tua maupun dengan mertuanya. Seluruh subjek mengaku menjadi lebih memiliki perasaan kasih sayang dan leibh menghormati kepada orang tuanya.
Pada tugas perkembangan hubungan dengan diri sendiri yang terkait dengan fisik, seluruh subjek merasakan terjadinya perubahan pada fisiknya. Seluruh subjek merasa menjadi tidak sekuat dulu, lebih mudah merasa lelah, dan sering merasa pegal-pegal. Subjek C mulai mengalami penurunan penglihatan. Seluruh subjek merasa bahwa mulai muncul keriput pada wajah, rambut mulai memutih, dan merasa tidak segar lagi. Seluruh subjek sering mengeluh mudah mengalami sakit. Subjek A sering mengalami sakit pada kaki dan juga memiliki penyakit diabetes, subjek B memiliki penyakit varises, dan subjek C merasa dirinya lebih mudah mengalami sakit seperti demam. Seluruh subjek menjaga kesehatan fisiknya dengan menjaga pola makan, menjaga pola istirahat, dan rutin melakukan olahraga.
Pada masa dewasa tengah terjadi perubahan-perubahan pada fungsi fisik. Terdapat beberapa fungsi fisik yang mengalami penurunan seperti penglihatan, beberapa kerusakan pada otot dan tulang, serta penurunan stamina. Selain itu, orang-orang paruh baya juga mulai mengalami pemutihan dan kerontokan pada rambut, serta munculnya keriput pada wajah (Papalia, et al., 2009 ; Santrock, 2002). Pada usia dewasa tengah, pada perempuan terjadi menopause yang terjadi pada rata-rata usia 50 sampai 51 tahun (Finch, 2001 dalam Papalia, et al., 2009). Penurunan fungsi fisik menyebabkan orang pada paruh baya rentan terserang penyakit (Papalia, et al., 2009). Pada masa dewasa tengah, orang-orang sering mengkhawatirkan keadaan fisiknya, sehingga mendorong mereka untuk menciptakan gaya hidup sehat yang bertujuan untuk menjaga kesehatan fisiknya. Gaya hidup sehat yang mulai diterapkan antara lain adalah menerapkan pola makan sehat dan rutin melakukan olahraga (Santrock, 2002). Pada tugas perkembangan hubungan dengan diri sendiri yang terkait dengan fisik, subjek mulai merasakan terjadinya perubahan pada fisiknya. Seluruh subjek merasa menjadi tidak sekuat dulu, lebih mudah merasa lelah, dan sering merasa pegal-pegal. Terdapat 1 dari 3 subjek yang mengalami penurunan pada fungsi penglihatan. Seluruh subjek merasa lebih mudah terserang penyakit, bahkan terdapat 2 dari 3 subjek yang mengidap penyakit serius seperti diabetes dan varises. Seluruh subjek menjaga kesehatan fisiknya dengan menjaga pola makan, menjaga pola istirahat, dan rutin melakukan olahraga.
Pada tugas perkembangan hubungan dengan diri sendiri yang terkait dengan psikologis, seluruh subjek mengalami kegelisahan dan kekhawatiran ketika mengalami penurunan pada fungsi fisik. Seluruh subjek khawatir jika dirinya tidak dapat lagi bekerja secara produktif dan khawatir jika dirinya tidak dapat membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Seluruh subjek telah memahami bahwa akan terjadi menopause, dan akan menerimanya dengan tanpa beban. Seluruh subjek merasa bahwa dirinya lebih optimal dan prima sebelum memasuki usia saat ini. Seluruh subjek memaknai hidupnya dengan bahagia, penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu instropeksi diri. Seluruh subjek berusaha untuk lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT. Kebahagiaan terbesar yang dirasakan oleh seluruh subjek adalah ketika melihat orang tuanya, anak-anaknya, pasangannya, saudara-saudaranya, dan seluruh anggota keluarganya sehat dan bahagia.
Pada masa dewasa tengah, penurunan pada fungsi fisik dapat menyebabkan orang-orang menjadi sering merasa khawatir dan gelisah (Santrock, 2002). Kepuasan hidup dan kebahagiaan pada orang-orang paruh baya lebih mengarah kepada dukungan sosial dari teman, pasangan atau keluarga, dan juga faktor agama (Myers, 2000 dalam Papalia, et al., 2009). Menurut teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan psikososial yang utama pada masa dewasa tengah adalah mencapai generativitas (Erikson, 1982). Generativitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generativitas dengan anak-anaknya  melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya (Alwisol, 2014 ; Papalia, et al., 2009). Pada tugas perkembangan hubungan diri sendiri terkait dengan psikologis, seluruh subjek mengalami kegelisahan dan kekhawatiran terhadap penurunan pada fungsi fisiknya. Seluruh subjek memaknai hidupnya dengan bahagia, penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu instropeksi diri. Seluruh subjek berusaha untuk lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT. Kebahagiaan terbesar yang dirasakan oleh seluruh subjek adalah ketika melihat orang tuanya, anak-anaknya, pasangannya, saudara-saudaranya, dan seluruh anggota keluarganya sehat dan bahagia.
Pada tugas perkembangan hubungan dengan diri sendiri yang terkait dengan karir, seluruh subjek menjalani seluruh kegiatan bekerja dalam hidupnya dengan bahagia. Seluruh subjek senang melakukan pekerjaannya dan tidak kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Seluruh subjek memandang karir dengan lebih bertanggung jawab, sehingga membuat dirinya selalu bersemangat untuk bekerja. Orang-orang yang subjek sayangi menjadi motivasi terkuat untuk tetap bekerja dengan penuh semangat.
Pada usia paruh baya, untuk meningkatkan makna pribadi dan arah diri dari kehidupan kerja, meraka akan menyesuaikan kembali terhadap bidang pekerjaan dan itu lazim terjadi. Aspek-aspek tertentu dapat mempengaruhi peningkatan performa kerja, sehingga kepuasan kerja akan semakin bertambah (Laura E. Berk, 2012). Greenberg dan Baron (2003) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif atau negatif yang dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka. Banyak perempuan tengah baya memasuki lapangan pekerjaan karena mereka dihadapkan pada kebutuhan untuk membantu diri mereka sendiri dan keluarga. Namun, kebosanan, kesepian, dan keinginan untuk minat yang baru mungkin telibat juga. Perempuan pada paruh kehidupan telah menemukan bahwa pekerjaan memainkaan peran penting dalam kesehatan psikologis perempuan. Pada tugas perkembangan hubungan dengan diri sendiri yang terkait dengan karir, seluruh subjek menjalani seluruh kegiatan bekerja dalam hidupnya dengan bahagia. Seluruh subjek senang melakukan pekerjaannya dan tidak kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Seluruh subjek memandang karir dengan lebih bertanggung jawab, sehingga membuat dirinya selalu bersemangat untuk bekerja.
Pada tugas perkembangan hubungan dengan Tuhan, seluruh subjek menganggap penting agama dan melibatkan agama dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh subjek menganggap bahwa agama merupakan petunjuk dalam menjalani kehidupan. Seluruh subjek merasa lebih tenang, tentram, dan damai ketika melibatkan agama dalam menjalani kehidupan. Pada usia dewasa tengah ini, seluruh subjek berusaha untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan lebih rajin menjalankan ibadah, baik yang wajib maupun sunnah, seperti melaksanakan shalat wajib 5 waktu lebih tepat waktu, melaksanakan shalat dhuha dan tahajud, melaksanakan puasa sunnah senin-kamis, dan lebih rutin membaca Al Quran.
Gustav Jung menyatakan bahwa pada usia paruh baya, orang-orang mengalihkan obsesi mereka ke diri mereka yang spiritual dan kebatinan. Kepuasan hidup dan kebahagiaan pada orang-orang paruh baya lebih mengarah kepada dukungan sosial dari teman, pasangan atau keluarga, dan juga faktor agama (Myers, 2000 dalam Papalia, et al., 2009). Pada tugas perkembangan hubungan dengan Tuhan, seluruh subjek menganggap penting agama dan melibatkan agama dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh subjek berusaha untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan lebih rajin menjalankan ibadah.















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Masa dewasa tengah juga disebut dengan masa paruh baya. Masa dewasa tengah dianggap sebagai tahapan hidup yang berbeda dengan tahapan lainnya karena memiliki norma sosial, aturan, peluang, dan tantangannya sendiri. Pada masa dewasa tengah, terdapat tugas perkembangan yang harus dicapai antara lain yaitu mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara, membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia, mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk mengisi kekosongan waktu, menghubungkan diri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi, mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam pekerjaan,  serta menyesuaikan diri dengan orangtua yang semakin tua.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang. Di antara tiga subjek tersebut, terdapat persamaan dan perbedaan dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Seluruh subjek telah mencapai hubungan sosial yang baik dengan tetagga maupun teman sebaya. Seluruh subjek ini merupakan orang asli Yogyakarta yang mengetahui dan memahami budaya yang ada di Yogyakarta, sehingga mudah untuk menjalin relasi dengan teman dan tetangganya. Seluruh subjek dalam menjalin relasi cukup luas, karena sebagian besar subjek adalah seorang pedagang yang setiap hari bersinggungan dengan orang lain. Selain itu juga karena seluruh subjek aktif dalam kegiatan yang ada di tempat tinggalnya.
Seluruh subjek menjalin hubungan yang baik dengan anaknya. Secara garis besar, seluruh subjek mendukung bakat atau kemampuan yang di miliki anaknya. Dalam pola pengasuhan, seluruh subjek menerapkan kemandirian kepada anaknya, pengetahuan agama, dan rasa saling menyayangi kepada saudara.
Pada tugas perkembangan hubungan dengan pasangan, dua dari tiga subjek memiliki hubungan yang harmonis. Sedangkan satu dari tiga subjek telah bercerai sehingga saat ini menjadi single parent. Dalam beradaptasi dengan pasangan, secara garis besar subjek mengalami masalah pada saat awal pernikahan. Faktor penyebabnya antara lain adalah pernikahan muda, perbedaan usia yang cukup jauh, ada juga yang menjadi istri kedua, dan ada satu subjek yang menikah secara siri (tidak ada catatan Negara). Seluruh subjek tidak mengalami masalah atau kesulitan dalam membagi waktu antara pekerjaan, anak, atau pasangan, karena dua dari tiga subjek bekerja di rumah dan satu dari dua subjek bekerja harian lepas.
Seluruh subjek menjalin hubungan yang harmonis dengan orang tua ataupun mertuanya. Tetapi terdapat satu subjek yang tidak berhubungan baik dengan mertua, karena telah bercerai dengan suaminya dan juga faktor pernikahan siri yang tidak disetujui oleh mertua. Seluruh subjek tidak melakukan banyak penyesuaian dengan orang tuanya yang semakin menua. Dengan bertambahnya umur, seluruh subjek justru semakin menyayangi orang tua mereka. Seluruh subjek secara garis besar memaknai hidupnya di usia dewasa tengah ini dengan rasa syukur, bahagia, terus memperbaiki diri, dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Seluruh subjek merasa bahwa di usia dewasa tengah ini telah mengalami penurunan pada fungsi fisik, wajah yang mulai berkeriput, rambut memutih, tulang  yang semakin rapuh dengan tidak merasa kuat lagi seperti waktu usia sebelum 40 tahun, dan juga merasa mudah lelah. Terdapat dua dari tiga subjek yang memiliki penyakit serius yaitu diabetes dan varises. Seluruh subjek menjaga kesehatan fisiknya dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti mengatur pola makan, pola istirahat, dan olahraga secara teratur.
Pada keadaan psikologis, seluruh subjek mengalami perbedaan dibanding sebelum usia 40 tahun. Seluruh subjek merasakan kekhawatiran dan kegelisahan seiring dengan penurunan pada fungsi fisiknya. Seluruh subek telah memahami jika akan mengalami menopause dan akan menerima dengan tanpa beban. Seluruh subjek merasa lebih prima dan kuat di usia sebelum 40 tahun, karena fisik juga masih kuat dan belum mengalami penurunan. Seluruh subjek memaknai hidup dengan rasa syukur, rasa bahagia, terus memperbaiki diri, lebih instropeksi diri dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Arti kebahagiaan menurut seluruh subjek adalah ketika dapat menjalin hubungan dengan keluarga secara harmonis dan melihat anggota keluarga serta orang-orang di sekitarnya sehat dan sejahtera.
Seluruh subjek memiliki pekerjaan yang tidak terlalu terikat waktu sehingga lebih mudah untuk membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Seluruh subjek bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Secara garis besar, seluruh subjek memandang karir dengan lebih bertanggung jawab sehingga lebih bersemangat dalam bekerja.
Tugas perkembangan agama pada masa dewasa tengah di Yogyakarta terpenuhi dengan baik. Seluruh subjek menganggap bahwa agama sangat penting dan sangat berpengaruh dalam menjalani kehidupan. Seluruh subjek menyadari bahwa memasuki usia dewasa tengah ini harus semakin rajin dalam beribadah dan lebih berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan dianalisis, maka dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan masa dewasa tengah di Yogyakarta terpenuhi dengan baik.










DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2014). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang : UMM Press.

Berk, Laura E. (2012). Development Through The Lifespan : Dari Dewasa Awal Sampai Menjelang Ajal edisi 5. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Greenberg, Jerald dan Robert Baron (2003). Behavior in Organizations (understanding and managing the human side of work). Eight edition. New Jersey: Prentice Hall.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Papalia D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. (2009). Human Development : Perkembangan Manusia edisi 10 buku 2. (Penerj. Brian Marwensdy). Jakarta: Salemba Humanika.

Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup edisi 5 jilid 2. Jakarta: Erlangga.







                                               
                       






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Follow Us @soratemplates