Rabu, 31 Mei 2017

Pengaruh Aroma Bawang Putih terhadap Morning Sickness




Pengaruh Aroma Bawang Putih terhadap Morning Sickness
Pendahuluan
Kehamilan yaitu pertumbuhan dan perkembangan intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan kehamilan(Restyana, 2012). Sebagian besar wanita hamil mengalami mual dan muntah(Lutifiatus, 2008). Mual dan muntah biasanya dimulai kapan saja, antara empat sampai delapan minggu pertama kehamilan dan sekitar 70% wanita mengalami hal ini(Mudzakir, 2009).
Mual dan muntah merupakan hal yang terjadi di pagi hari, namun tidak menutup kemungkinan terjadi di malam hari. Mual dan muntah yang berlebihan dan dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari disebut hipermesis gravidarum. Definisi dari hipermesis gravidarum yaitu mual dan muntah lebih dari tiga kali sehari dengan ketonuria dan kehilangan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelum hamil(yulia, 2012). Biasanya terjadi pada minggu ke-14 hingga 16(Athif, 2009).
Mual dihubungkan dengan perubahan dalam indera penciuman dan perasaan pada awal kehamilan(L. Walsh, 2007).  Mual dapat tejadi karena suatu rangsangan dari bau tertentu, makanan atau minuman, dan lain sebagainya. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa wanita hamil lebih peka terhadap bau daripada rasa dari beberapa bahan makanan yang baunya menusuk hidung dan menyebabkan muntah(Swallow, 2007). Efek ini bisa disebabkan oleh koneksi hormon termodulasi antara sistem penciuman dan sistem limbik(dikenal untuk menghubungkan ke sistem penciuman) selama kehamilan(Kolble, 1992). Kemungkinan, presepsi penciuman pada tiap trimester dan setelah melahirkan tidak konstan, hal ini memberi tingkatan hormon yang berbeda dan berubah secara drastis di periode ini(E.L Cameron, 2007). Selain itu, beberapa telah melaporkan bahwa wanita hamil mengalami distrosi dalam presepsi bau tertentu(e. g. Nordin et al, 2004). Dari prespektif kuisioner pembelajaran melaporkan bahwa diet merubah hubungan presepsi penciuman, sekitar 60% wanita hamil mengklaim mempunyai perubahan dalam presepsi penciuman, biasanya peningkatan respon general ke bau dan sekitar 75% perubahan diet mereka selama hamil(Cantoni et al, 1999). Peningkatan daya penciuman sering dikaitkan sebagai mekanisme yang dapat menjadi keuntungan, diantaranya membuat wanita hamil takut untuk mencerna sesuatu yang bisa membahayakan perkembangan bayi(Profet, 1992).
Pada beberapa perempuan bisa terjadi muntah-muntah secara berlebihan yang selain disebabkan oleh kondisi keasaman lambung dan hormone, dipicu pula oleh reaksi psikologis-emosional(Lutfiatus, 2008).Hormon yang dapat menyebabkan hipermesis gravidarum yaitu Human Chorionic Gondatrophin(HCG), Helicobtacater Pylori Infection, Progesteron, Estrogen, dan Hipertiroid.(Yulia, 2012). Pola metabolisme estrogen pada wanita hamil berbeda materinya dengan wanita yang tidak hamil, ini dikarenakan produksi estrogen sangat bagus dan keluar dari estorial dengan peningkatan yang proporsional dengan metabolis yang lain(Breur,1960).
Bawang putih termasuk dalam familia Liliaceae(Becker dan Bakhuizen van den Brink,1963). Bawang putih termasuk tanaman yang membentuk umbi lapis(Santoso, 2000). Memiliki nama latin Allium sativum L.(Lutfiatus Solihah, 2008). Tanaman ini telah lama menjadi bagian kehidupan diberbagai peradaban dunia. Namun belum diketahui secara pasti sejak kapan tanaman ini mulai dimanfaatkan dan dibudidayakan. Awal pemanfaatan bawang putih diperkirakan berasal dari Asia Tengah. Hal ini didasarkan temuan sebuah catatan medis yang berusia 5000 tahun yang lalu (3000 SM). Dari seluruh Asia Tengah kemudian menyebar hingga ke dunia, termasuk Indonesia. Sehingga bagi bangsa Indonesia bawang putih merupakan tanaman introduksi(Santoso, 2001).
Sebagaimana tumbuhan lain, bawang putih mengandung lebih dari 100 metabolit sekunder yang secara biologi sangat berguna(Challem, 1995). Satu siung bawang putih yang masih utuh, tidak mengeluarkan bau. Saat setelah ditumbuk atau dipotong maka akan tercium bau yang pedas(Roser dan David, 2005). Pada saat umbi bawang putih diiris-iris dan dihaluskan dalam proses pembuatan ekstrak atau bumbu masakan, enzim allinase menjadi aktif dan menghidrolisis alliin menghasilkan senyawa intermediet asam allil sulfenat. Kondensasi asam tersebut menghasilkan allisin, asam piruvat, dan ion NH(Song dan Milner, 2001). Pada saat terurai alisin mengambil oksigen dari udara dan berubah menjadi bahan kimia yang kaya sulfur(Roser dan David, 2005). Allisin bersifat tidak stabil(Amagase et al, 2001), sehingga mudah mengalami reaksi lanjut tergantung kondisi pengolahan atau faktor eksternal lain(Zhang, 1999).
Metodologi
Variabel Penelitian
Variabel independen adalah bau bawang putih. Sementara, variable dependennya adalah morning sickness.
Definisi Operasional
Bau bawang putih
Bawang putih merupakan bumbu dapur yang sering digunakan oleh ibu – ibu termasuk ibu hamil. Bawang putih memiliki bau pedas yang khas yang diakibatkan oleh senyawa bernama alisin (David Roser, 2005). Sebagian wanita hamil merasa lebih sensitive terhadap bau tertentu. Olahan bawang putih dipilih sendiri oleh subjek baik ditumbuk, diiris, ditumis atau lain sebagainya yang mana akan dicermati sendiri oleh subjek selama lima hari.
Morning sickness
Morning sickness adalah gejala mual dan muntah yang biasanya dialami oleh wanita hamil pada minggu ke-14 hingga 16. Biasanya akan bertambah ketika mencium bau makanan (Athif Lamadhah, 2009).

Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini berjumlah 15 wanita hamil. Dengan keterangan usia kehamilan trimester pertama sejumlah 5 orang, pada trimester kedua 5 orang, dan pada trimester ketiga sejumlah 5 orang. Subjek berada pada wilayah D.I.Yogyakarta. Pengambilan subjek penelitian ini dengan menggunakan teknik quota sampling. Responden dijadikan sampel didasarkan pada tetapan kuota yang telah lebih dahulu ditentukan, sebelum kuota tersebut terisi maka penelitian belum dianggap selesai (Syofian Siregar, 2013).

Alat ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara secara kuesioner dan wawancara. Tingkat sensitivitas penciuman terhadap bau bawang putih diukur dengan menggunakan kuesioner yang dirancang peneliti. Item menggunakan skala likert yang akan disediakan lima pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Jenis data yang diperoleh adalah data interval.
Untuk memperoleh data tambahan dalam penelitian ini juga menggunakan wawancara secara langsung. Wawancara ini berfungsi untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai hal-hal yang dirasakan atau dialami setelah mencium bau bawang putih. Subjek diminta menjelaskan satu persatu jawaban atas item dalam kuesioner subjek tersebut. Sehingga, hasilnya dapat dijadikan sebagai data tambahan dalam penelitian ini. Tujuan digunakan wawancara ini untuk mengetahui secara optimal perasaan dan perubahan setelah mencium bau bawag putih tersebut.
Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Untuk mengetahui tingkat sensitifitas wanita hamil dengan menggunakan kuesioner tingkat sensitifitas yang dirancang peneliti dengan berpacu pada peningkatan morning sickness yang dirasakan.
Pengumpulan data diawali dengan mendatangi tempat wanita hamil yang menjadi target setelah sebelumnya menyampaikan maksud dan tujuan penelitian kepada subjek kemudian menentukan waktu pengambilan data. Selanjutnya peneliti menyebar kuesioner. Kemudian pada hari kelima peneliti datang kembali untuk mengambil kuesioner dan melakukan wawancara untuk informasi tambahan. Kuesioner yang dibagikan kepada subjek yaitu berjumlah 15 subjek, dapat kembali seutuhnya.
Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengidentifikasi bagaimana pengaruh bau bawang putih terhadap peningkatan sensitivitas indera penciuman wanita hamil pada morning sickness subjek dengan wilayah tempat tinggal Yogyakarta.
Diskusi
12 subjek yang telah diwawancara menyatakan bahwa mereka mengalami mual dan muntah selama kehamilan. Sedangkan satu ibu hamil menyatakan tidak mengalami mual dan muntah. Dari kelima subjek yang berada pada trimester tiga menyatakan bahwa mual dan muntah yang disebabkan oleh bau yang mereka rasakan pada usia kandungan 1 sampai 4 bulan. Sekitar 36 minggu kehamilan, ibu hamil mengalami penurunan ambang penciuman dibandingkan dengan kontrol yang tidak alami(N. Ochsenbein-Kolbe etc, 2006). Penelitian lainnya menyatakan penurunan sensitivitas pada akhir kehamilan(Hansen  dan Glass, 1936., Noferi dan Giudizi, 1946., Lufara dan Murizi, 1961) Menurut Livio Obati etc(2015), peningkatan siklus progesteron mengikuti intensitas perkawinan dan penurunan selama 2-3 hari sebelum melahirkan dan kenaikan level estrogen tetap tinggi selama trimester ketiga.
Sebanyak 5 ibu hamil di trimester kedua juga menyatakan bahwa mereka merasakan mual pada usia kandungan berkisar 1-3 bulan. Saat menginjak trimester dua, subjek menyatakan sudah tidak mengalami muntah namun terkadang masih merasakan mual saja. Mual dan muntah akan menurun setelah 12 minggu kehamilan dan berhenti pada pertengahan kehamilan yaitu pada 20 minggu setelah periode menstruasi terakhir dan hanya sebagian kecil yang masih merasakannya(Flaxman and Sherman 2000, 2002; Sherman and Flaxman 2001, 2002; Forbes 2002; Fessler et al. 2005). Mual dan muntah yang terjadi pada trimester pertama kehamilan dan akan berakhir pada trimester kedua kehamilan(Rustam,2002).
Sedangkan 2 ibu hamil trimester pertama menyatakan bahwa mereka mengalami mual dan muntah selama awal kehamilan mereka. Mual dan muntah dapat dirasakan sedini mungkin, biasanya 5 minggu setelah periode menstruasi terakhir(Sayle et al, 2002). Peningkatan intensitas penciuman pada ibu hamil trimester pertama melebihi wanita tidak hamil yang dikontrol(E. Leslie Cameron,2007).
Tabel penyebab mual dan muntah subjek
Subjek
Bawang Putih
Bau amis
Bau dapur
Parfum
Asap knalpot
Bau suami
Durian
A
V






B

V





C


V




D



V
V


E

V





F
V






G





V

H
V


V



I



V
V


J
V






K
V





V
L


V




M








Dari 12 ibu hamil yang mengalami mual dan muntah yang menyatakan penyebab mual dan muntah karena bawang sebanyak 5 orang. Penelitian yang dilakukan E. Leslie Cameron(2002) melaporkan sebanyak 85% ibu hamil lebih sensitif penciumannya selama kehamilan. 2 orang menyatakan mual karena bau dapur, bau amis sebanyak 2 orang, bau badan suami 1 orang, dan  asap knalpot sebanyak 2 orang.  Subjek juga menambahkan bau yang menurutnya penyebab mual dan muntah yaitu bau durian 1 orang, parfum 3 orang, dan 1 orang karena bau santan. Banyak bau yang dapat menyebabkan mual dan muntah dengan mempertimbangkan presepsi hedonis yang berbeda dari bau selama kehamilan(T. Hummel etc, 2002). Hyperolfaction kemungkinan yang bertanggungjawab untuk penciuman selama mual dan muntah(T. Hummel, 2001).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh E. Leslie Cameron(2007) menyatakan bahwa 61% ibu hamil menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan sensitifitas penciuman dan sebanyak 39% tidak mengalami perubahan sama sekali. Tetapi, penelitian Wysocki dan Gilbert(1989) melaporkan bahwa 13.826 wanita yang di survey dari 1.2 juta orang mengindikasikan bahwa hamil membuat kehilangan penciuman. Ibu hamil mengira dirinya sendiri lebih sensitif dibanding sebelumnya. 64%  dari wanita hamil mengaku memiliki perubahan di presepsi penciuman(Cantoni etc, 1999). Sebuah penjelasan untuk perubahan antara objetif dan subjektif ditemukan mungkin terletak pada proses kognitif dari presepsi informasi chemosensory selama kehamilan(Zald DH dan Pardo JV(1997) dan Hudry J etc(2001). Meskipun dua dari tiga ibu hamil berkata indra penciuman mereka berubah saat hamil, tapi tidak ada hubungan yang jelas antara laporan mereka dan sikap mereka yang membuktikan itu E. Leslie Cameron(2007).
Penelitian sistematik meneliti perubahan sistem penciuman selama kehamilan menunjukkan sedikit bukti untuk kenaikan sensitivitas penciuman selama kehamilan(Gilbert AN dan Wysocki CJ, 1991 dan Kolbe N etc, 2001). Sedikit pengetahuan diketahui tentang kenaikan fisiologi atau faktor psikologi selama kehamilan mungkin berdampak pada performa sensori(M. Laska, B. Koch, B. Heid, dan R. Hudson). Dengan kata lain, perubahan penciuman saat kehamilan muncul dihubungkan kebanyakan dengan perubahan proses kognitif dari informasi penciuman, tetapi tidak ada perubahan pada ketajaman penciuman(T. Hummel, 2002).


Daftar Pustaka
D. Rahmat, Sistem Koordinasi dan Alat Indera pada Manusia.Bandung : Sarana Pustaka Ilmu.2000
Fauziyah, Yulia, Obsetri Patologi.Yogyakarta:Nuhataedika,2012
Solihah, Lutfiatus.Panduan Lengkap Hamil Sehat.Yogyakarta:Diva Press,2008
Roser, David.Bawang Putih untuk Kesehatan.Jakarta:PT Bumi Aksara.2005
Steven, nordin, A Longitudinal Study of Self-reported Abnormal Smell and Taste Perception in Pregnant Women,2004.29:391-402
E. Lesile Cameron, Measures of Human Olfactory Perception During Pregency.18 July 2007,32:775-782
Brian L. Swallow,Smell Perception During Early Pregnancy: No Evidence of an Adaptive Mechanism,2005,112:57-62
Udi Eko Hernawan dan Ahmad D, Senyawa Organsulfur Bawang Putih dan Aktivitas Biologinya.17 Agustus 2003,2:165-167

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Follow Us @soratemplates