Rabu, 31 Mei 2017

EPISTEMOLOGI PARADIGMA ISLAM (STRUKTURALISME TRANSENDENTAL)



RESUME FILSAFAT ILMU
MATERI: EPISTEMOLOGI PARADIGMA ISLAM
(STRUKTURALISME TRANSENDENTAL)

                                                     

NAMA KELOMPOK:
REVA RIZKI ANNISA/16710011
RAFINSKA FIRSTA E.P/16710009
PUTRI INTAN FEMILASARI/16710008
BERNICHA RIVADA/16710010
MAUGHFIRAH FEBRINA M/16710012
RAUDHATUL JANNAH/16710013
AWENDSA AMALY N.A/16710014

Epistemologi paradigma islam
Pengertian dari epistemologi paradigma islam adalah pandangan secara keislaman terhadap cara-cara, tahap-tahap atau metode-metode dalam pembahasannya.
Macam-macam epistemologi paradigma islam diantaranya:
1.      Epistemologi Bayani
2.      Epistemologi Irfani
3.      Epistemologi Burhani
4.      Epistemologi Tajribi
Ilmu islam menjadi ilmu modern sudah tidah dapat dipungkiri lagi, banyak negeri islam yang melakukan berbagai perbuatan dengan mengatasnamakan islam. (agama) seperti upacara sacral dan pemujaan arwah tetapi sebenarnya hanyalah budaya. Dengan “srukturalisme transendental” yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa islam yang otentik memiliki kapasitas structuring (susunan). Untuk membangun paradigma islam, posisi atau ukuran tertinggi adalah Tauhid.
Strukturalisme transendental
Tujuan dari strukturalisme transendental adalah mencari metode yang tepat guna mmenerapkan (Al-Qur’an dan As-Sunnah) yang merujuk pada gejala-gejala social yang terjadi 15 Abad yang lalu di Arab pada konteks sosial masa kini.
Dengan adanya strukturalisme transendental yang memiliki pengaruh begitu kuat terhadap mahasiswa ilmu social dan humaniora, maka strukturalisme transendental sangat penting untuk dipelajari.
Contoh yang menerapkan Strukturalisme transendental :
-belajar mengenai kritik sastra. Harus mengeal metode strukturalisme genetic yang menggabungkan strukturalisme dengan sejarah.
Tujuan kita bukan memahami islam, tetapi memahami bagaimana menerapkan ajaran-ajaran social yang terkandung pada teks lama pada konteks masa kini tanpa mengubah strukturnya.
Struktur
Gagasan mengenai struktur menurut Webster’s New International Dictionary, kata sruktur berasal dari bahasa latin structure (bangunan) dari kata structus atau stuere yang artinya menyusun. Jean piaget dalam structuralisme menyebutkan tiga ciri dari struktur yaitu:
1.      Wholwnws (keseluruhan)
2.      Transformation (perubahan bentuk)
3.      Self regulation (mengatur diri sendiri)

a.      Keseluruhan (wholeness)
Suatu koherensi (keterpaduan). Susunan struktur itu sudah lengkap, dan struktur bukan semata-mata terdiri dari kumpulan unsur-unsur yang lepas. Ada perbedaan antara keseluruhan dengan unsur-unsurnya.
1.      Keutuhannya
2.      Elemen-elemen yang membentuk keseluruhan itu
Unsur-unsur dari suatu struktur tunduk kepada hukum yang mengatur keseluruhan system itu. Hukum yang mengatur suatu struktur tidak dapat disusutkan dalam penjumlahan dari hukum yang mengatur satu demi satu unsur-unsurnya. Unsur-unsur tidak berdiri sendiri secara terpisah tetap menjadi milik suatu struktur.
b.      Perubahan bentuk (transformation)
-          Struktur itu tidak tetap (statis)
-          Struktur mampu memperkaya diri dengan menambah bahan-bahan baru
Islam tumbuh dalam waktu yang terentang selama 23 tahun masa kerasulan Nabi. Transformasi itu terjadi dalam masa pembentukannya secara temporal (berhubungan dengan waktu), yakni transformasi dari islam yang semata-mata sebagai gerakan keagamaan (monoteisme menentang politeisme) pada periode Mekkah menjadi gerakan social politik pada periode Madinah.
Islam juga mengalami transformasi secara spatial-historis-sosial. Islam dapat berubah dari agama orang kota menjado agama orang desa, sehingga agama yang menekankan pentingnya syariat itu dapat pula menjadi agama yang menekankan sufisme.
Di Indonesia, islam mengalami transformasi dengan berbagai variasi. Bagi jawa transforamasi itu masih berkelanjutan. Ajaran hablun minallah wa hablun minannas juga merujuk ke transformasi permanen, yaitu ibadah kepada Tuhan dapat menjadi solidaritas social antar manusia, aspek vertical dapat menjadi aspek horizontal.
c.       Mengatur diri sendiri (self-regulation)
Penambahan unsur-unsur baru tidak pernah berada di luar struktur, tetapi tetap memelihara struktur itu. Dengan demikian, suatu struktur itu elestarikan diri sendiri dan tertutup dari kemungkinan pengaruh luar.
Strukturalisme
Asal-usul strukturalisme dapat ditemukan dalam metode linguistic yang dipakai oleh Ferdinand de Saussure yang dikukuhkan dalam kuliah-kuliahnya di Jenewa sejak 2006. Menurut Michael Lane, dalam Introduction to Structuralism (New York : Basic Books Inc., 1970), ciri pertama dari metode strukturalisme analitis mempelajari unsure, tetapi ia selalu diletakan dibawah suatu jaringan yang menyatukan unsure – unsure itu. Jadi rumusan pertama dari strukturalisme ialah bahwa unsure hanya bisa dimengerti melalui keterkaitan (interconnectedness) antar unsur. Kedua, strukturalisme tidak mencari struktur di permukaan, pada peringkat pengamatan, tetapi di bawah atau di balik realitas empiris. Apa yang ada di permukaan adalah cerminan dari struktur yang ada di bawah (deep structure), lebih ke bawah lagi ada kekuatan pembentuk struktur (innate structuring capacity). Ketiga, opposition (pertentangan antara dua hal). Keempat, strukturalisme memperhatikan unsur-unsur yang sinkronis, bukan yang diakronis.
Inter-connectedness
Keterkaitan sangat ditekankan dalam islam. Misalnya keterkaitan antara puasa dan zakat, hubungan vertical (dengan Tuhan) dengan hubungan horizontal (antar manusia, dan antara shalat dengan solidaritas sosial. Dalam QS Al-Maun disebutkan dengan jelas, termasuk mendustakan agama bagi mereka yang shalat tetapi tidak mempunyai kepedulian sosial terhadap kemiskinan. Keterkaitan juga bisa sebagai logical consequences dari satu unsure. Seluruh rukun Islam lainnya (shalat, zakat, puasa, haji) adalah konsekuensi logis dari syahadah. Zakat adalah konsekuensi logis dari puasa, yaitu setelah orang merasakan sendiri penderitaan, lapar, dan haus.

Innate structuring capacity (kapasitas penataan bawaan)
Dalam islam tauhid mempunyai kekuatan membentuk struktur yang paling dalam, yaitu:
1.      Akidah 
2.      Ibadah
3.      Akhlak
4.      Syari’at
5.      Muamalah
Dari kelima struktur diatas hanya ada empat yang akan berubah dari waktu ke waktu, sedangkan muamalah dapat berubah seiring berjalannya waktu.
Binary opposition
Dalam islam juga diajarkan dua gejala yang saling bertentangan, yaitu pasangan dan musuh yang masing-masing menghasilkan keseimbangan dan konflik. Dalam strukturalisme, pertentangan yang berupa pasanganlah yang dimaksud.
-          Pertentangan yang seimbang
1.      Lahir dengan batin
2.      Badan dengan ruh
3.      Dunia dengan akhirat
4.      Laki-laki dengan perempuan
5.      Orang kaya dengan orang miskin
-          Pertentangan yang menghasilkan konflik
1.      Tuhan dan setan
2.      Mukmin dan musyrik
3.      Ma’ruf dan mungkar
4.      Syukur dan kufur
5.      Surga dan neraka
6.      Halal dan haram
Transedental
Transedental berasal dari bahasa latin transcendere yang artinya memanjat. Adapun arti transenden menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah diluar batas pengetahuan dan kesanggupan manusia, atau diluar batas normal, yakni sesuatu yang luar biasa atau sebagainya. Kalau dalam matematika kata ini digunakan untuk bilangan ataupun fungsi tertentu, akan tetapi dalam Filsafat kalimat ini menunjuk kepada Tuhan atau wujud-Nya. Arti transedental dalam Webster’s new international dictionary dengan makna abstrak metafisis dan melampaui.
Sastra transedental di pakai untuk menyebut sastra yang dihasilkan oleh orang orang seperti Sutardji Calzoum, Bachri dan Abdul Hadi dalm puisi dan Danarto dalam cerita pendek. Ketiga pengarang ini memakai masalah masalah spiritual dan masalah ketuhanan sebagai tema. Pada saat ini sastra transendental sangat diperlukan karena manusia hanya mungkin dapat diselamatkan oleh iman dan pada seni rupa islam kontemporer di Indonesia seperti tampak dalam karya Ahmad Sadali, Amang Rahman, A.D. Pirous dan Amri Yahya disebut dengan sastra transedental Karena mencoba mengungkapkan alam malaku (ketuhanan) dengan meninggalkan alam syahadah (nyata/ dunia).
Teknologi, ilmu, dan manajemen memang membawa kemajuan, tetapi gagal membawa kebahagiaan, seperti kekerasan adalah akibat kemajuan teknologi perang, kekuasaan pasar adalah buah dari penguasaan ilmu, kesenjangan adalah hasil ketimpangan manajemen dan semua ini tanpa adanya iman. Transcendental dalam arti spiritual akan membantu kemanusiaan menyelesaikan masalah-masalah modern.
Yang kita maksudkan disini ialah transdental dalam arti MELAMPAUI. Dan muncullah pertanyaan pertanyaan mengganggu pikiran seperti : bagaimana mungkin kita menerapkan episteme sosial yang lahir 15 abad yang lalu kepada masa kini dan disini? Adanya jarak geografis, historis dan sosial.
Saat ini banyak agamawan banyak yang tidak dapat melihat gejala-gejala modern sehingga orang yang mempunyai personal piety tinggi sekalipun terlibat dalam kolusi, nepotisme dan monopoli tetap dianggap beramal shaleh karena referensi yang dipakai adalah pengetahuan dari abad pertengahan islam. Banyak agamawan yang gagal memahami dari kesenjangan structural seolah semuanya adalah kemiskinan natural, agamawan tersebut gagal membedakan gejala alamiah dan gejala buatan manusia.
Kegagalan tersebut disebebakan karena kesadaran sejarah yang rendah. Islam yang lahir di kota-kota preindustrial  pada abad ke-7 (pedagang; makkah, madinah), abad ke-13 ( pedagang; aceh) abad ke-15 (pedagang; Demak) dan pada abad ke-17( petani;Mataram). Sementara ismlam sudah menjadi kerajaan dari India sampai Spanyol. Dan kini di Indonesia sebagian menjadi agama pedesaan (petani;praindustrial), orang kota (kelas menengah, buruh, industrial), dan sebagian kecil sekali orang metropolitan (elit;pascaindustrial).
Tanpa kesadaran sejarah, kita gagal dalam memahami perubahan-perubahannya, seolah tanpa kecuali pada abad ke-7 itu tidak mengalami transformasi karena islam abadi dan universal. Bagi mereka seolah-olah pembangunan, industrialisasi, dan urbanisasi tidak ada pengaruh apa-apa pada masyarakat islam.
Strukturalisme Transendental
Orang yang belajar ilmu – Ilmu alam akan menerima agama (akidah, ibadah, akhlak, syariat, mualamah) sebagai adanya, sebagai mana mereka menerima hukum – hukum ilmu – ilmu alam. Bagi mereka yang mempelajari ilmu – ilmu agama saja mungkin terkejut dengan gejalan “modern” seperti cadar, jubah (seperti dalam Jamaah Tabligh), kepercayaan akan Imam Mahdi (seperti dalam Darul Arqam), kepemimpinan “amir” (seperti dalam Darul Hadis alias LDII), aliran kepercayaan (GBHN 1978), dan bermacam – macam aliran yang mirip cult. Agama Kristen yang membedakan dengan jelas Hak Raja dan Hak Tuhan bisa menerima sekularisme, sedangan Islam yang tidak membedakan antara dunia dan akhirat tidak menerima sekularisme. Dalam islam, sejumlah agenda baru diperlukan supaya agama “sesuai” dengan perubahan – perubahan, supaya unsur mualamah-nya tidak ketinggalan zaman. Namun diperlukan perluasan – perluasan supaya mualamah Islam lebih efektif. Perluasan itu berupa enam macam kesaran, yaitu (1) kesadaran adanya perubahan, (2) kesadaran kolektif, (3) kesadaran sejarah, (4) kesadaran adanya fakta social, (5) kesadaran adanya masyarakat abstrak, dan (6) kesadaran perlunya objektifitas.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Follow Us @soratemplates