LAPORAN
TUGAS PERKEMBANGAN DEWASA TENGAH
Diajukan
Untuk
Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah Psikologi
Rentang Perkembangan Manusia
Dosen
: Satih Saidiyah,Dipl.Psy.,M.Si
Disusun Oleh:
Estri
Rohmawati (16710001)
Awendsa
Amaly N A (16710014)
Difla
Lu’lu’atul M (16710015)
Wahyu Wiratmoko (16710027)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................... i
BAB I PENGANTAR.......................................................................................................
1
BAB II HASIL LAPORAN ............................................................................................. 3
2.1 Deskripsi Tugas Perkembangan................................................................................
3
2.2 Analisis Tugas Perkembangan..................................................................................
18
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................
25
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
28
BAB I
PENGANTAR
Masa
dewasa tengah juga
disebut dengan masa paruh baya. Masa
dewasa tengah dianggap sebagai tahapan hidup yang berbeda dengan tahapan
lainnya karena memiliki norma sosial, aturan, peluang, dan tantangannya
sendiri. Masa dewasa tengah digambarkan sebagai sebuah konstruksi sosial
(Gullette, 1998 dalam Papalia, et al.,
2009). Papalia (2009) menyatakan bahwa masa dewasa tengah berada dalam kisaran
usia 40 sampai 65 tahun. Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa dewasa tengah
berada dalam kisaran usia 40 sampai 60 tahun. Masa dewasa tengah merupakan masa
pemerolehan dan kehilangan, masa perbekalan, dan membuat keputusan mengenai
tahun-tahun yang tersisa.
Pada
masa dewasa tengah
terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi seperti pada masa
sebelumnya, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai mengalami penurunan fungsi.
Penglihatan dan pendengaran merupakan dua perubahan yang paling menyusahkan dan paling sering tampak
pada masa dewasa tengah. Pada masa ini,
perempuan mengalami menopause pada usia rata-rata sekitar 50 atau 51 tahun,
sedangkan pada laki-laki yang memasuki usia dewasa tengah biasanya mengalami
penurunan dalam hal kesuburan dan fekuensi orgasme (Papalia, et al., 2009).
Pada
masa dewasa tengah, penelitian
Longitudinal Seattle menemukan bahwa tiga dari enam kemampuan mental dasar
meningkat dan mencapai puncak, tetapi terdapat variabilitas individual yang
besar dalam peforma kognitif. Pada masa dewasa tengah fluid
intellegence mengalami penurunan lebih cepat daripada crystallized intellegence. Kemajuan dalam keahlian telah
diatribusikan pada pengapsulan kemampuan fluid dalam bidang pilihan seseorang.
Pemikiran pasca formal berguna dalam situasi-situasi yang menuntut pemikiran
integratif (Papalia, et al., 2009). Aspek kognitif yang menurun pada masa dewasa
tengah adalah daya ingat. Daya ingat pada masa dewasa tengah lebih mungkin
terjadi ketika memori jangka panjang terlibat daripada memori jangka pendek
(Craik, 1977 dalam Santrock, 2002).
Pada masa dewasa tengah, seseorang akan mengalami
masalah-masalah psikososial yang berkaitan dengan kehadiran krisis paruh baya,
perkembangan identitas, dan kesejahteraan psikologis. Menurut
teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan psikososial yang utama pada masa dewasa tengah
adalah mencapai generativitas (Erikson, 1982). Generativitas adalah keinginan
untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generativitas
dengan anak-anaknya melalui bimbingan
dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generativitas akan terjadi
stagnasi. Hal tsb ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya
atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat (Alwisol, 2014 ; Papalia, et al.,
2009).
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa dewasa
tengah antara lain yaitu mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai
warga negara, membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia, mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk mengisi
kekosongan waktu, menghubungkan diri dengan pasangan hidup sebagai suatu
individu, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis
yang terjadi, mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam
pekerjaan, serta menyesuaikan diri
dengan orangtua yang semakin tua.
BAB II
HASIL LAPORAN
2.1 Deskripsi Tugas Perkembangan
1) Subjek
A
v Identitas
Subjek A dalam penelitian ini adalah
seorang perempuan bernama Saraswati.
Saat ini subjek berusia 41 tahun. Subjek saat
ini telah menikah. Subjek bekerja sebagai pedagang di rumah. Subjek beragama Islam.
Sebelum memasuki usia 40
tahun, subjek merasa muda, kuat dan bugar, sehingga dapat melakukan banyak
aktivitas dengan produktif. Setelah memasuki usia 40 tahun subjek merasa sering
pegal-pegal dan cepat lelah, namun hal tersebut belum terlalu mempengaruhi
kinerjanya. Subjek masih memiliki semangat kerja yang tinggi. Subjek mengaku
menjadi lebih semangat menjalankan ibadah untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
v Hubungan
Sosial
Subjek memiliki hubungan
sosial yang sangat baik dengan teman sebaya maupun tetangga, karena subjek
termasuk orang yang mudah bergaul. Subjek juga merupakan orang asli Yogyakarta,
sehingga subjek telah mengetahui dan memahami budaya yang ada di Yogyakarta,
sehingga subjek mudah untuk menjalin relasi dengan teman dan tetangganya.
Relasi subjek cukup luas, karena subjek adalah seorang pedagang yang setiap
hari harus pergi ke pasar untuk belanja. Hal tersebut membuat subjek mengenal banyak orang-orang di
pasar dan menambah pertemanan dan persaudaraan subjek dengan orang lain. Subjek
merasa lebih mudah dalam mencari bantuan ketika sedang kesulitan karena
memiliki relasi yang luas. Subjek juga mengikuti kegiatan ibu-ibu yang ada di
kampung, sehingga membuat hubungan subjek dengan tetangga terjalin dengan baik.
Subjek memiliki hubungan
yang sangat dekat dengan relasi sosial. Hal tersebut karena subjek berusaha
mengikuti kegiatan yang ada di kampung. Selain itu, subjek juga mengikuti
kegiatan yang ada di pasar seperti arisan, kredit-kredit barang, dan lain-lain.
Subjek menerapkan budaya saling menyapa dan saling membantu. Budaya tersebut
membuat subjek memiliki hubungaan yang baik dengan lingkungan sosial. Subjek
juga menjaga relasi sosial dengan keluarga besar dengan cara menjenguk atau
berkunjung untuk menjaga komunikasi dan tali silaturahmi.
Subjek mengikuti kegiatan
kelompok secara rutin seperti perkumpulan Rukun Tetangga, Rukun Warga, dan pengajian
yang biasanya dilakukan seminggu sekali. Selain itu subjek juga mengikuti
kegiatan hadrah yang ada di kampung, tetapi akhir-akhir ini sudah jarang
mengikuti karena keadaan fisik yang mulai menurun.
v Hubungan
dengan Anak
Subjek memiliki 6 anak, terdapat 2
anak yang sudah menikah, 2 anak sedang dalam masa
remaja, dan 2 anak yang
masih kanak-kanak. Subjek
tidak melakukan persiapan khusus ketika anaknya memasuki masa remaja. Subjek
hanya selalu mendoakan anak-anaknya sepanjang waktu. Subjek mengalami kekhawatiran dalam masalah pergaulan remaja. Subjek selalu
memberikan nasihat kepada
anak-anaknya, terutama pada anak yang masih remaja,
karena masa remaja merupakan masa yang
masih labil dan biasanya mudah terpengaruh.
Subjek dan
suaminya tidak menerapkan pola pengasuhan yang memanjakan
anak. Subjek
mengajarkan kemandirian. Subjek mengajarkan kepada kemandirian kepada anaknya
dengan cara menyuruhnya
untuk membantu melayani pembeli di warung
subjek. Selain itu,
subjek juga mengajarkan
anaknya untuk melakukan pekerjaan
rumah, walaupun anaknya yang masih remaja tekadang membangkang atau tidak mau, tetapi subjek setidaknya
sudah mengajarkan anak tentang kemandirian.
Subjek juga mengajarkan
anaknya untuk saling menyayangi saudaranya.
v Hubungan
dengan Pasangan
Pernikahan subjek telah berjalan 24 tahun, yaitu sejak
tahun 1993. Bagaimana
fase-fase perubahan adaptasi dengan pasangan. Subjek menikah pada usia 16 tahun, setelah
lulus dari Sekolah Menengah Pertama, sedangkan suami dari
subjek berusia 28 tahun. Subjek tidak melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya
karena faktor ekonomi. Subjek
menikah muda,
sehingga di usia 41 tahun sudah memiliki 6 anak. Pada awal-awal pernikahan,
subjek harus banyak beradaptasi
dengan pasangan, karena subjek masih seorang remaja, sedangkan suaminya telah dewasa. Subjek mencoba untuk
menyesuaikan diri dengan banyak
melakukan nasihat-nasihat dari suaminya dan orang tuanya.
Untuk saat ini subjek telah menyesuaikan
diri dengan baik.
Subjek tidak mengalami
masalah yang besar dalam membagi waktu untuk pengasuhan
anak, kerja,
dan menyatu kembali dengan pasangan. Hal
tersebut karena subjek bekerja sebagai pedagang di
warung yang letaknya ada di rumahnya
sendiri, sehingga subjek tetap dapat bekerja sambil mengasuh
anak-anak dan tidak kehilangan waktu dengan suaminya.
v
Hubungan dengan Keluarga
atau Orangtua yang Semakin
Tua
Mertua
dari subjek, baik ibu maupun
bapak, saat ini telah meninggal. Subjek memiliki hubungan yang baik dengan mertuanya sebelum
meninggal. Subjek menjalin hubungan
yang sangat baik dengan orang tuanya sendiri. Subjek tidak tinggal serumah dengan orang tuanya,
namun subjek selalu
menjenguk dan memberikan sebagian rejeki
yang ada kepada orangtuanya.
Subjek merasa tidak
melakukan banyak penyesuaian terhadap orang tua yang semakin menua. Subjek
merasa semuanya baik-baik saja dan tidak ada
perbedaan yang banyak.
Subek merasa menjadi lebih sayang dan menghormati
orang tua, karena subjek juga merasakan bagaimana menjadi orang tua dan usia
semakin bertambah.
v Hubungan
dengan Diri Sendiri
Subjek
memaknai hidupnya dengan bahagia,
penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu instropeksi diri. Subjek lebih
mendekatkan diri dengan Allah SWT.
·
Fisik
Subjek merasa fisiknya menjadi tidak sekuat
dulu, mudah merasa lelah, dan sering merasa pegal-pegal. Subjek merasa bahwa mulai muncul keriput pada wajah,
rambut mulai memutih, dan merasa tidak
segar
lagi.
Subjek sering mengeluh mengalami sakit pada kakinya.
Selain itu, subjek juga mempunyai penyakit diabetes.
Subjek menjaga kesehatan fisiknya dengan menjaga pola
makan, mengurangi makanan yang banyak mengandung gula. Selain itu subjek juga
selalu melakukan olahraga lari pagi setiap hari bersama suaminya.
·
Psikologis
Subjek menjadi lebih
khawatir dengan adanya perubahan fisik. Subjek khawatir jika dirinya tidak lagi
dapat melakukan banyak aktivitas. Subjek saat ini sudah tidak berani lagi
menyetir motor di jalan raya. Subjek telah mengerti bahwa dirinya akan
mengalami menopause. Subjek akan menjalani hal tersebut apa adanya dan
menerimanya.
Subjek merasa lebih prima
sebelum memasuki usia 40 tahun. Hal tersebut karena kondisi fisik pada usia
sebelum 40 tahun masih prima atau kuat, tidak seperti saat ini yang mulai
mengalami penurunan.
Subjek memaknai hidupnya
dengan bahagia, penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu
instropeksi diri. Subjek lebih
mendekatkan diri dengan Allah SWT. Kebahagiaan terbesar yang dirasakan subjek adalah ketika melihat semua
anggota keluarga sehat dan bahagia.
·
Karir
Subjek bekerja sebagai
pedagang atau wiraswasta. Pekerjaan subjek adalah penjual aneka jus, lotek, dan
kupat tahu. Subjek membuka warungnya di rumah dan membukanya setiap hari dari
pagi hingga sore. Subjek bekerja untuk membantu ekonomi keluarga.
Subjek menjalani seluruh
kegiatan dalam hidupnya dengan baik. Subjek senang melakukan pekerjaannya dan
membuat subjek dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Subjek memandang karir
dengan lebih bertanggung jawab, sehingga membuat subjek lebih bersemangat untuk
bekerja karena masih ada 4 orang anak yang masih membutuhkan biaya untuk hidup.
v
Hubungan dengan Tuhan
Subjek merasa lebih tenang,
tentram, dan damai ketika melibatkan agama dalam menjalani kehidupan. Subjek
menganggap bahwa agama memberikan arah untuk menjalani hidup lebih baik dalam
kehidupan keluarga.
Subjek merasa masih sangat
kurang dalam pendidikan dan pengetahuan tentang agama. Subek merasa masih
membutuhkan banyak bimbingan, sehingga subjek selalu menyempatkan diri untuk
mengikuti pengajian secara rutin. Saat ini, subjek melakukan sholat wajib lebih
tepat waktu. Selain itu, subjek mulai rajin melakukan sholat sunnah seperti
tahajud dan dhuha. Subjek belum dapat membaca Al-Qur’an setiap hari, karena
masih disibukkan dengan pekerjaan dan mengasuh anak-anaknya yang masih kecil. Subjek
merasa belum puas dengan ibadahnya dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik
lagi dalam menjalin hubungan dengan Allah SWT.
2) Subjek
B
v Identitas
Subjek B dalam penelitian ini adalah
seorang perempuan bernama Yanti. Saat ini subjek
berusia 42 tahun. Subjek saat ini telah
menikah. Subjek
adalah istri kedua dan bekerja sebagai penjahit di rumah. Subjek beragama
Islam.
Sebelum memasuki usia 40
tahun, subjek merasa masih muda, kuat beraktivitas. Setelah memasuki usia 40
tahun subjek merasa sering pegal-pegal merasa cepat lelah, dan lebih sering
mengeluhkan sakit varises yang dialaminya. Subjek memiliki semangat kerja yang
tinggi untuk memenuhi kebutuhan anak dan mengurangi beban suami. Di usianya
saat ini, subjek ingin menghabiskan waktu dengan keluarga besar suami dengan
menjaga silaturahmi agar lebih akrab.
v Hubungan
Sosial
Subjek memiliki hubungan
sosial yang baik dengan teman sebaya maupun tetangga, meskipun subjek adalah
orang yang pendiam dan susah bergaul. Subjek berasal dari Yogyakarta. Subjek merasa
mudah untuk menjalin relasi dengan teman pelanggannya. Relasi subjek dapat
dikatakan cukup luas, karena subjek adalah seorang penjahit yang setiap hari
menerima pesanan dari beberapa kalangan dan daerah. Hal tersebut membuat subjek
mengenal banyak orang-orang penting yang menjadi pelanggannya dan dapat
menjalin silaturahmi. Di saat sedang kesulitan, subjek merasa sungkan untuk
meminta bantuan tetangga, sehingga subjek kadang-kadang hanya meminta bantuan
kepada keluarga dan kerabat dekatnya.
Subjek memiliki hubungan
yang cukup dengan relasi sosial. Subjek menjalin pertemanan yang baik dengan
pelanggannya. Namun, hubungan subjek dengan istri pertama dari suaminya belum
dapat
sedekat apa yang diharapkan. Hal tersebut karena istri pertama belum
mampu menerima subjek yang telah menjadi istri kedua suaminya.
Subjek mengaku selama menikah sampai saat ini baru
dua kali dipertemukan langsung oleh istri pertama yang bernama Ibu Eny.
Subjek mengaku dapat merasakan apa yang Ibu Eny
rasakan. Subjek berpikir bahwa mungkin sampai saat ini
Ibu Eny masih merasa dikhianati oleh suaminya karena menikahi perempuan lain. Subjek mencoba menerima
keadaan ini dan merasa sangat
bersyukur dapat memiliki hubungan dekat dengan keluarga suami, walaupun belum dapat dekat dengan Ibu Eny. Subjek juga menjaga relasi sosial dengan
keluarga besar dengan cara menjenguk atau berkunjung untuk menjaga komunikasi
dan tali silaturahmi dengan keluarga besar suami.
Subjek mengikuti kegiatan
kelompok secara rutin seperti komunitas penjahit dan desainer daerah Yogyakarta.
Untuk pengajian, subjek mengaku jarang mengikuti. Hal tersebut karena subjek
takut mencoreng nama Ibu Eny yang bekerja sebagai ustadzah di salah satu stasiun
televisi swasta. Subjek tidak mau lagi untuk mengikuti pengajian karena salah
satu kelompok rekan pengajiannya ada yang membicarakannya dengan mencibir
“istri simpanan/istri kedua”. Sejak saat itu, subjek merasa sakit hati, malu,
dan takut jika nama Ibu Eny dibawa-bawa dalam perbincangan sekumpulan ibu-ibu
tersebut.
v Hubungan
dengan Anak
Subjek baru memiliki 1 anak perempuan berumur 7 tahun. Subjek menyiapkan bekal
keagamaan kepada anaknya yang menurutnya masih susah diatur dan mudah menangis.
Subjek merasa bahwa anaknya harus dibekali agama sedini mungkin, terutama
diajarkan shalat dan mengaji. Selain itu diajarkan pula norma kesopanan contohnya mengucapkan minta maaf dan
terimakasih, diajarkan pula untuk tidak
memukul teman, tidak cengeng, dan dibiasakan mulai belajar untuk tidur sendiri. Beliau sangat memaklumi tingkah manja anaknya dan
sering menuruti keinginan anaknya.
Di usia anaknya yang sedang
tumbuh dan berkembang, subjek juga mengamati bakat dan minat anak. Subjek
mengatakan bahwa anaknya memiliki bakat fashion
show dan sudah memiliki banyak piala dan piagam dari lomba itu. Subjek
merasa bersyukur memiliki anak yang percaya diri dan tidak pendiam seperti dirinya.
Subjek sangat mendukung anak jika masuk dunia modelling. Subjek membuatkan baju sesuai tema lomba, selain itu
juga mengajarkan dia cara jalan dan berpose diatas panggung, lalu subjek juga
me-make up anaknya sendiri.
Terkait dengan pola
pengasuhan, subjek merasa pola pengasuhan yang diterapkan suami kepada anaknya
berbeda dengan pola pengasuhan yang dia terapkan. Subjek merasa bahwa anaknya
selalu dimanjakan oleh suami. Berbeda dengan yang diterapkan subjek, jika anak
tidak terlalu membutuhkan apa yang dia minta/inginkan, subjek tidak akan
memberi/membelikan. Hal tersebut karena subjek merasa ingin menghemat dan mengatur
keuangan dengan baik, selain itu agar anak tidak terbiasa dituruti sampai sifat
manjanya tidak dihilangkan. Dengan cara itulah subjek
mengajarkan kemandirian kepada anaknya.
v Hubungan
dengan Pasangan
Pernikahan subjek telah berjalan 14 tahun, yaitu sejak
tahun 2003. Jika ditanya mengenai
fase-fase perubahan adaptasi dengan pasangan, subjek menceritakan awal dulu kenal karena suaminya sedang mencari tanah di daerah
Bantul untuk dibangun
sebuah panti asuhan. Kebetulan suaminya
mau membeli tanah ayah dari
subjek, dan disaat itu ayahnya sedang sakit dan keluarga subjek sedang membutuhkan biaya. Karena ibu dari subjek sudah meninggal dan saat itu usia subjek 20-an dan Ibu Yanti hanyalah anak semata wayang,
akhirnya karena
tanah ayah itu nantinya menjadi
hak
subjek kemudian dijual ke suaminya. Saat bertemu pertama kali dengan suami, subjek menjelaskan alasannya menjual tanah itu dan menceritakan
keadaan keluarganya.
Mulai dari situlah niat suaminya untuk
melanjutkan hubungan
yang serius walaupun suami sudah jujur kalau sudah memiliki istri dan 3 anak. Awalnya subjek merasa takut dan ragu, tetapi
subjek menyanggupi lamaran
dan keluarga menyetujui keputusannya.
Selama menikah, subjek
sempat mengalami masalah serius saat meminta suami untuk adil membagi waktu
dengan kedua istri. Subjek merasa waktu lebih berharga dari pada harta, itulah
prinsip hidup yang diterapkan. Subjek bekerja sebagai penjahit yang
letaknya ada di rumahnya sendiri,
sehingga subjek tetap dapat bekerja
sambil mengasuh anak dan walaupun tidak
selalu didampingi oleh suami.
v Hubungan
dengan Keluarga atau
Orangtua yang Semakin Tua
Subjek sangat bersyukur
masih memiliki satu ibu mertua yang masih sehat walaupun sudah sepuh. Karena
kedua orangtua dari subjek sudah meninggal. Subjek sangat memaknai hidupnya
jika sedang berkumpul bersama ibu mertua. Subjek merasa sangat sayang dengan
mertuanya karena dirinya juga merindukan kasih sayang seorang ibu. Subjek
sering berkunjung dan membawakan sarapan atau terkadang mengajak makan diluar
bersama. Subjek juga merasa bersyukur karena ibu mertua mau menerima dirinya
sebagai menantu walaupun sebagai istri kedua. Ketika lebaran atau acara formal,
subjek sering membuatkan baju khusus untuk mertuanya.
v Hubungan
dengan Diri Sendiri
Di usia subjek yang ke 42
tahun ini, subjek memaknai dengan rasa syukur, karena dulu pernah merasa minder disaat melihat
adik ipar diumur 40-an, anaknya sudah remaja. Subjek menyadari diumur sekian baru memiliki anak yang masih kecil, dikarenakan faktor
telat menikah.
·
Fisik
Subjek merasa fisiknya menjadi lemah tak sekuat dulu,
mudah merasa lelah, terutama kaki
karena memiliki penyakit varises, dan sering merasa
pegal-pegal, itu yang menjadi
penghambat dalam bekerja. Subjek merasa bahwa mulai muncul keriput pada wajah lalu merutinkan perawatan wajah agar tampak lebih
percaya diri. Selain itu, rambut mulai memutih atau beruban. Subjek merasa tidak terlalu memikirkan perihal rambut memutih
karena kesehariannya menggunakan jilbab. Subjek sering mengeluh mengalami sakit
pada kakinya dan saat ini sedang menjalankan pengobatan herbal.
Subjek menjaga kesehatan fisiknya dengan menjaga pola
makan, istirahat yang cukup, dan rutin berolahraga pagi dirumah menggunakan
alat fitness yang sudah tersedia di rumah seperti treadmill, dan lain-lain. Selain itu, subjek juga rutin minum susu
agar tulang kuat dan mengurangi sakit pada kakinya.
·
Psikologis
Subjek merasa gelisah karena dengan perubahan fisik
yang merasa cepat lelah dan tak sekuat dulu, ia merasa kurang memberi kasih
sayang yang penuh kepada anaknya seperti sudah tak kuat menggendong.
Subjek saat ini sudah tidak berani mengendarai motor
dan memilih menyetir mobil matic
untuk kesehariannya. Hal tersebut karena faktor kaki yang memiliki varises, dan
mudah lelah. Subjek telah mengerti bahwa dirinya akan mengalami menopause.
Subjek akan menjalani hal tersebut apa adanya dan menerimanya.
Subjek merasa lebih prima sebelum memasuki usia 40
tahun. Hal tersebut karena kondisi fisik pada usia sebelum 40 tahun masih prima
atau kuat, gesit dan tidak cepat lelah, tidak seperti saat ini yang mulai
mengalami penurunan.
Subjek memaknai hidupnya dengan
bahagia, penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu instropeksi diri. Subjek lebih mendekatkan diri dengan Allah
SWT. Subjek memiliki harapan agar Ibu Eny segera
menerimanya dan keluarganya menjadi harmonis .
·
Karir
Subjek bekerja sebagai penjahit atau wiraswasta.
Subjek membuka usaha jahitnya di rumah dan membukanya setiap hari dari pagi
hingga sore. Subjek bekerja untuk membantu ekonomi keluarga terutama mengurangi
beban suami. Selain menjahit, subjek membuka kursus menjahit yang diadakan 2
kali seminggu. Subjek merasa perlu melatih kesabaran untuk membimbing orang
lain dan bersyukur bisa memberikan ilmunya kepada orang lain.
Subjek memilih membuka toko jahitnya di rumah karena
tidak ingin repot bolak-balik tempat kerja dengan rumah. Subjek merasa bebas
jika pekerjaannya dilakukan di rumah. Dengan begitu, subjek merasa lebih mudah
membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga terutama anak.
Subjek memandang karir dengan lebih bertanggung jawab,
karena selain untuk pemasukan keluarga, ia bertanggung jawab membimbing anak
didiknya yang telah mendaftar kursus. Subjek merasa ingin membantu mereka
membuka peluang usaha untuk oranglain terutama untuk dirinya sendiri. Bagi
subjek, cita-cita seorang penjahit setelah sukses adalah membuka butik, dan itulah
harapan ke depan dari subjek.
v Hubungan
dengan Tuhan
Subjek mengungkapkan bahwa agama
segalanya bagi hidupnya. Sebagai landasan
hidup dan sebagai petunjuk arah kemana kita harus
berjalan melewati hidup ini. Subjek
merasa hambar tanpa adanya agama. Ia merasa lebih tenang, tentram, dan damai
ketika melibatkan agama dalam menjalani kehidupan.
Di usianya yang tak muda lagi, subjek merasa
harus ada perubahan tiap tahunnya. Terutama
dalam hal shalat dan puasa sunnah yang harus dijalankan. Subjek telah berkomitmen pada diri sendiri yang saat itu menggenapi usia ke-40 tahun, dirinya harus rajin menjalankan shalat dan puasa
sunnah. Subjek juga memiliki amanah untuk mengajarkan anaknya
agama, dan terutama mengajarinya shalat wajib dan mengaji. Subjek merasa masih
sangat kurang dalam pendidikan dan pengetahuan tentang agama. Subjek mencoba
belajar dari internet dan membeli buku-buku bernuansa islami agar dapat menjadi
istri dan seorang ibu yang baik.
3) Subjek
C
v Identitas
Subjek C dalam penelitian ini adalah
seorang perempuan bernama Wartini. Saat
ini subjek berusia 43 tahun. Subjek saat
ini berstatus janda. Subjek bekerja sebagai buruh sungging
wayang. Subjek beragama Islam.
Sebelum memasuki usia 40
tahun, subjek merasa muda, badannya masih bagus, kuat dan bugar, sehingga dapat melakukan banyak
aktivitas dengan produktif dan tidak mudah lelah. Setelah memasuki usia 40 tahun subjek merasa sering
mudah lelah, cepat mengantuk,
dan
pegal-pegal. Subjek masih memiliki
semangat kerja yang tinggi, meskipun saat ini
produktivitas sudah semakin menurun.
Subjek adalah tulang
punggung keluarga dengan dua anak yang bersekolah serta harus membiayai
keluarga besarnya termasuk orang tua dan adiknya yang merupakan seorang pecandu narkoba. Subjek mengaku menjadi lebih semangat menjalankan
ibadah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
hal tersebut karena subjek
merasa sudah semakin dekat dengan kematian.
v Hubungan
Sosial
Subjek memiliki hubungan
sosial yang baik dengan teman sebaya maupun tetangga, meskipun
saat ini subjek mengaku sudah jarang berkunjung ke rumah teman-teman sebayanya karena jauh dan
fisiknya sudah tidak seperti dulu lagi. Hubungan sosial subjek dengan tetangga
sangat baik. Subjek dikenal sebagai orang yang ramah dan mudah bergaul. Tak
heran jika subjek sangat dekat dengan para tetangganya.
Subjek memiliki hubungan
yang sangat dekat dengan relasi sosial. Hal tersebut karena subjek berusaha
mengikuti kegiatan yang ada di kampung. Subjek mengikuti kegiatan kelompok
secara rutin seperti perkumpulan Rukun Tetangga, Rukun Warga, dan pengajian
yang biasanya dilakukan pada malam jumat serta
perkumpulan ibu-ibu PKK.
v Hubungan
dengan Anak
Subjek
saat ini memiliki 2 anak, anak pertama adalah
perempuan berusia 16 tahun yang kini memasuki kelas satu SMA. Anak yang kedua adalah
seorang laki-laki berusia 9 tahun yang kini duduk bangku di kelas 3 SD. Terkait dengan masalah
mendidik anak,
subjek mengaku tidak terlalu banyak mengatur. Hal tersebut karena menurutnya
terlalu banyak mengatur membuat anak menjadi tidak dekat dan merasa tidak
bebas. Apapun yang menjadi keputusan anak asalkan itu positif, semampu mungkin
subjek akan mendukung. Walaupun
terkadang tidak sesuai kemauan subjek namun sebisa mungkin subjek memberi
fasilitas serta tetap terus mengawasi.
Subjek
mengajarkan kemandirian. Subjek juga
mengajarkan anaknya untuk melakukan pekerjaan
rumah, walaupun anaknya yang masih remaja tekadang membangkang atau tidak mau, tetapi subjek
setidaknya sudah mengajarkan anak
tentang kemandirian. Subjek juga mengajarkan anaknya untuk saling
menyayangi saudaranya.
Serta subjek mendidik anak dalam bidang keagamaan. Dengan memasukan
anak-anaknya di pengajian.
v Hubungan
dengan Pasangan
Subjek saat ini adalah seorang single parent, semenjak mantan suaminya
pergi begitu saja meninggalkan subjek dengan kedua anaknya yang masih kecil.
Jika tidak bercerai, usia pernikahan mereka sudah hampir 17 tahun, namun
sekitar 5 tahun yang lalu,
subjek memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan mantan suaminya setelah
subjek melihat mantan suaminya tinggal bersama wanita lain dan sudah memiliki
anak yang saat itu berumur hampir sama dengan anak kedua mereka.
Subjek mengaku bahwa pernikahan mereka
tidak diresmikan oleh negara alias siri. Saat itu subjek terbujuk rayu mantan
suaminya yang adalah seorang perantauan asal Maluku yang tiba-tiba melamarnya
dan mengajak subjek menikah secara diam-diam.
Subjek tidak mengalami
masalah yang besar dalam membagi waktu untuk pengasuhan anak
dan bekerja. Hal tersebut karena subjek
bekerja dirumah, sehingga subjek tetap dapat bekerja
sambil mengasuh anak-anaknya.
v
Hubungan dengan Keluarga
atau Orangtua yang Semakin
Tua
Orang tua subjek saat ini masih utuh
kedua-duanya. Ayah dari subjek
sedang menderita sakit dan baru saja dioperasi.
Rasa penyesalan subjek kepada orang tuanya karena masa lalunya, membuat subjek
saat ini mengaku ingin semakin dekat dan merawat kedua orang tuanya. Sebelumnya, hubungan subjek dengan
orangtuanya memburuk setelah subjek menikah siri dengan mantan suami. Namun, saat ini subjek sudah
memperbaiki hubungannya dengan keluarga besar subjek.
Subjek merasa tidak
melakukan banyak penyesuaian terhadap orang tua yang semakin menua. Subjek
merasa semuanya baik-baik saja dan tidak ada
perbedaan yang banyak.
Subek merasa menjadi lebih sayang dan menghormati
orang tua, karena subjek juga merasakan bagaimana menjadi orang tua dan usia
semakin bertambah.
Hubungan subjek dengan mantan mertua
sudah tidak lagi berjalan. Bahkan menurut penuturannya, subjek mengaku baru satu kali bertemu
dengan mertua. Itupun dengan keadaan diam-diam dan disembunyikan agar sanak
saudara mantan suami tidak mengetahui keberadaan subjek.
v Hubungan
dengan Diri Sendiri
Subjek
memaknai hidupnya dengan bahagia,
penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu instropeksi diri. Subjek saat ini terus
mendekatkan diri pada Allah SWT.
·
Fisik
Subjek
merasa keadaan fisiknya saat
ini banyak mengalami penurunan, seperti penglihatan semakin berkurang, rambut
menjadi mudah rontok, rambut memutih, dan semakin lebih mudah sakit, seperti mengalami demam.
Subjek menjaga kesehatan fisiknya dengan menjaga pola
makan, mengurangi makanan yang banyak mengandung
minyak. Selain itu subjek juga
saat ini aktif melakukan senam bersama ibu-ibu PKK setiap sabtu sore.
·
Psikologis
Subjek menjadi lebih
khawatir dengan adanya perubahan fisik. Subjek khawatir jika dirinya tidak lagi
dapat melakukan banyak aktivitas seperti saat dirinya muda. Subjek semakin merasa dirinya sebentar
lagi mengahadap Tuhan, dengan keadaan fisiknya saat
ini subjek merasa kematian semakin dekat. Subjek kadang-kadang merasa bersalah kepada anak-anaknya,
karena takut tidak dapat mengantar mereka pada kesuksesan.
Subjek merasa lebih prima
sebelum memasuki usia 40 tahun. Hal tersebut karena kondisi fisik pada usia
sebelum 40 tahun masih prima atau kuat, tidak seperti saat ini yang mulai
mengalami penurunan.
Subjek memaknai hidupnya
dengan bahagia, penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu
instropeksi diri. Subjek lebih
mendekatkan diri dengan Allah SWT. Kebahagiaan terbesar yang dirasakan subjek adalah ketika melihat
anak-anak dan kedua orangtuanya sehat dan bahagia.
·
Karir
Subjek saat ini bekerja sebagai buruh sungging
wayang dengan penghasilan yang tidak terlalu banyak,
sehingga subjek mengaku harus mencari penghasilan lain yaitu dengan kerja
serabutan serta terkadang ikut berjualan dengan
tetangganya.
Subjek menjalani seluruh
kegiatan dalam hidupnya dengan baik. Subjek senang melakukan pekerjaannya dan
membuat subjek dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Subjek memandang karir
dengan lebih bertanggung jawab, sehingga membuat subjek lebih bersemangat untuk
bekerja karena masih ada dua
orang anak serta keluarga besarnya yang harus subjek hidupi.
v
Hubungan dengan Tuhan
Agama
menjadi sangat penting
bagi subjek. Agama adalah tuntunan untuk mengahadap Tuhan. Agama adalah
kebahagiaan dan juga cahaya baginya. Subjek merasa lebih tenang, tentram, dan damai ketika melibatkan agama
dalam menjalani kehidupan. Subjek menganggap bahwa agama memberikan arah untuk
menjalani hidup lebih baik dalam kehidupan keluarga. Subjek juga ingin
membawa adiknya menuju jalan yang lebih baik dan meninggalkan narkoba. Subjek
juga ingin adiknya kembali kepada Tuhannya dengan keadaan yang baik.
2.2 Analisis Tugas Perkembangan
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang. Di
antara 3 subjek tersebut, terdapat persamaan dan perbedaan
dalam mencapai
tugas-tugas perkembangan. Usia dari ketiga subjek
dalam penelitian ini bervariasi, subjek A berusia 41 tahun, subjek B berusia 42
tahun, dan subjek C berusia 43 tahun. Pekerjaan dari ketiga subjek dalam
penelitian ini berbeda-beda, subjek A bekerja sebagai pedagang, subjek B bekerja
sebagai penjahit, dan subjek C bekerja sebagai buruh sungging wayang. Subjek A
dan B berstatus menikah dan masih memiliki suami, sedangkan subjek C berstatus
janda. Seluruh subjek dalam penelitian ini beragama Islam.
Pada tugas perkembangan
hubungan sosial, seluruh subjek memiliki hubungan sosial dan relasi sosial yang
baik. Seluruh subjek dapat menjalin hubungan sosial dan relasi sosial yang baik
dengan tetangga dan rekan-rekan kerja. Seluruh subjek mengikuti beberapa
kegiatan di kampung seperti perkumpulan Rukun Tetangga dan arisan. Terdapat 1
dari 3 subjek yang memiliki sifat pendiam dan sulit bergaul, yaitu subjek B.
Namun, subjek B tersebut tetap memiliki hubungan yang baik dengan orang lain,
terutama dengan para pelanggannya. Subjek A dan C memiliki sifat mudah bergaul
dan ramah, sehingga dapat menjalin hubungan sosial dengan baik.
Pada masa dewasa tengah,
pertemanan atau hubungan sosial merupakan sumber dukungan emosional dan
kesejahteraan, terutama bagi wanita. Pertemanan sering kali berkisar di sekitar
tempat tinggal, pekerjaan, dan organisasi-organisasi di sekitarnya (Antonucci
et al., 2001 dalam Papalia, et al., 2009). Pada tugas perkembangan
hubungan sosial, seluruh subjek memiliki pertemanan dan relasi sosial yang baik
dengan orang-orang di sekitarnya, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan
kerja.
Pada tugas perkembangan
hubungan dengan anak, seluruh subjek memberikan nasihat-nasihat dan bekal
mengenai ajaran agama kepada anak-anaknya. Seluruh subjek menerapkan pola asuh
yang tidak memanjakan, mengajarkan kemandirian, dan mendukung anak dalam
kegiatan yang positif. Terdapat 1 dari 3 subjek yang memiliki anak yang masih
belum mendekati masa remaja, yaitu subjek B. Subjek B memberikan perhatian
kepada anaknya, terutama pada minat dan bakatnya.
Pada masa dewasa tengah,
banyak orang paruh baya yang menjadi orang tua bagi remaja. Orang tua menjadi
lebih sibuk, karena selain harus berfokus pada masalah mereka sendiri, orang
tua juga harus peduli dan memperhatikan anak remaja mereka yang sedang berada
pada masa transisi (Papalia, et al., 2009). Kemandirian anak merupakan
sebuah tanda keberhasilan orang tua dalam mengasuh anak, sehingga pada masa ini
kebanyakan orang tua mengasuh anaknya dengan mengajarkan kemandirian (Antonucci
et al.,, 2001 dalam Papalia, et al., 2009). Pada tugas perkembangan
hubungan dengan anak ini, seluruh subjek mempersiapkan anak yang akan memasuki
masa remaja dengan memberikan nasihat-nasihat, ajaran agama, dan mengajarkan
kemandirian kepada anak-anaknya.
Pada tugas perkembangan
hubungan dengan pasangan dan keluarga, seluruh subjek tidak merasa kesulitan
dalam membagi waktunya dengan pasangan atau keluarga. Hal tersebut karena
seluruh subjek bekerja sebagai wiraswasta, sehingga tidak terlalu terikat
waktu. Seluruh subjek memiliki usia pernikahan dan penyesuaian diri yang
berbeda-beda. Subjek A memiliki usia pernikahan 23 tahun, subjek B memiliki
usia pernikahan 14 tahun, sedangkan subjek C telah bercerai. Subjek A melakukan
adaptasi pada awal pernikahan, hal tersebut karena selisih usia antara subjek
dan pasangannya yang jauh. Saat ini hubungan antara subjek A dengan suaminya
semakin baik. Subjek B melakukan adaptasi dengan suami dan istri pertama
suaminya. Subjek B merupakan istri kedua, sehingga harus beradaptasi dengan
keadilan dari suaminya. Subjek B sampai saat ini masih menyesuaikan diri dengan
istri pertama dari suaminya, namun subjek B telah berhasil menjalin hubungan
yang harmonis dengan suaminya. Subjek C melakukan adaptasi yang cukup berat
setelah menjadi single parent karena
suaminya memilih pergi dan membangun keluarga baru dengan orang lain. Subjek C
mengatasi masalah tersebut dengan memberikan perhatian lebih kepada anak dan
kedua orang tuannya.
Para peneliti menyatakan
bahwa selama 20 sampai 24 tahun pertama pernikahan, makin lama pasangan
menikah, semakin menurun tingkat kepuasan. Pada usia pernikahan 35 sampai 44
tahun, kepuasan akan kembali meningkat (Orbuch et al., 1996 dalam Papalia, et al.,
2009). Hal tersebut kurang sesuai dengan hasil dalam penelitian ini. Pada tugas
perkembangan hubungan dengan pasangan, 2 dari 3 subjek yang usia pernikahannya
baru memasuki usia 14 tahun dan 23 tahun, sudah merasa harmonis dan mencapai
kepuasan.
Pada tugas perkembangan
hubungan dengan keluarga khususnya orang tua yang semakin tua, seluruh subjek
memiliki hubungan yang baik, baik dengan orang tua ataupun dengan mertuanya.
Seluruh subjek mengaku menjadi lebih sayang dan menghormati kepada orang
tuanya, hal tersebut karena seluruh subjek telah memahami dan merasakan menjadi
orang tua. Tetapi terdapat
1 dari 3 subjek yang tidak berhubungan baik dengan mertua, karena telah
bercerai dengan suaminya dan juga faktor pernikahan siri yang tidak disetujui oleh mertua.
Kebanyakan orang dewasa
berusia paruh baya dan orang tua mereka memiliki hubungan yang hangat dan penuh
kasih sayang berdasarkan hubungan yang sering dilakukan dan bantuan yang timbal
balik (Antonucci & Akiyama, 1997 dalam Papalia,
et al., 2009). Kebanyakan orang-orang
berusia paruh baya bersedia menerima kewajiban mereka untuk merawat orang
tuanya, mereka belajar untuk menerima dan memenuhi kebutuhan ketergantungan
orang tua mereka, hal ini disebut kematangan anak (Antonucci et al, 2001 dalam Papalia,
et al., 2009). Pada tugas perkembangan
hubungan dengan keluarga khususnya orang tua yang semakin tua ini, seluruh
subjek memiliki hubungan yang leibh baik, baik dengan orang tua maupun dengan
mertuanya. Seluruh subjek mengaku menjadi lebih memiliki perasaan kasih sayang
dan leibh menghormati kepada orang tuanya.
Pada tugas perkembangan
hubungan dengan diri sendiri yang terkait dengan fisik, seluruh subjek merasakan terjadinya perubahan pada fisiknya. Seluruh subjek merasa
menjadi tidak sekuat dulu,
lebih mudah merasa lelah,
dan sering merasa pegal-pegal. Subjek C
mulai mengalami penurunan penglihatan. Seluruh subjek merasa bahwa mulai muncul keriput pada wajah,
rambut mulai memutih, dan merasa tidak
segar
lagi. Seluruh subjek sering mengeluh mudah mengalami sakit.
Subjek A sering mengalami sakit pada kaki dan juga memiliki penyakit diabetes,
subjek B memiliki penyakit varises, dan subjek C merasa dirinya lebih mudah
mengalami sakit seperti demam. Seluruh subjek menjaga kesehatan fisiknya dengan
menjaga pola makan, menjaga pola istirahat, dan rutin melakukan olahraga.
Pada masa dewasa tengah terjadi perubahan-perubahan
pada fungsi fisik. Terdapat beberapa fungsi fisik yang mengalami penurunan
seperti penglihatan, beberapa kerusakan pada otot dan tulang, serta penurunan
stamina. Selain itu, orang-orang paruh baya juga mulai mengalami pemutihan dan
kerontokan pada rambut, serta munculnya keriput pada wajah (Papalia, et al., 2009 ; Santrock, 2002). Pada
usia dewasa tengah, pada perempuan terjadi menopause yang terjadi pada
rata-rata usia 50 sampai 51 tahun (Finch, 2001 dalam Papalia, et al., 2009). Penurunan fungsi fisik
menyebabkan orang pada paruh baya rentan terserang penyakit (Papalia, et al., 2009). Pada masa dewasa tengah,
orang-orang sering mengkhawatirkan keadaan fisiknya, sehingga mendorong mereka
untuk menciptakan gaya hidup sehat yang bertujuan untuk menjaga kesehatan
fisiknya. Gaya hidup sehat yang mulai diterapkan antara lain adalah menerapkan
pola makan sehat dan rutin melakukan olahraga (Santrock, 2002). Pada tugas perkembangan
hubungan dengan diri sendiri yang terkait dengan fisik, subjek mulai merasakan terjadinya perubahan pada fisiknya. Seluruh subjek merasa
menjadi tidak sekuat dulu, lebih
mudah merasa lelah, dan sering merasa pegal-pegal. Terdapat 1 dari 3 subjek yang mengalami penurunan pada fungsi
penglihatan. Seluruh subjek merasa lebih mudah terserang penyakit, bahkan
terdapat 2 dari 3 subjek yang mengidap penyakit serius seperti diabetes dan
varises. Seluruh subjek menjaga kesehatan fisiknya dengan menjaga pola makan,
menjaga pola istirahat, dan rutin melakukan olahraga.
Pada tugas perkembangan
hubungan dengan diri sendiri yang terkait dengan psikologis, seluruh subjek
mengalami kegelisahan dan kekhawatiran ketika mengalami penurunan pada fungsi
fisik. Seluruh subjek khawatir jika dirinya tidak dapat lagi bekerja secara
produktif dan khawatir jika dirinya tidak dapat membantu memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarganya. Seluruh subjek telah memahami bahwa akan terjadi
menopause, dan akan menerimanya dengan tanpa beban. Seluruh subjek merasa bahwa
dirinya lebih optimal dan prima sebelum memasuki usia saat ini. Seluruh subjek memaknai hidupnya
dengan bahagia, penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu
instropeksi diri. Seluruh subjek berusaha untuk lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT. Kebahagiaan terbesar yang
dirasakan oleh seluruh subjek adalah ketika melihat orang tuanya, anak-anaknya,
pasangannya, saudara-saudaranya, dan seluruh anggota keluarganya sehat dan
bahagia.
Pada masa dewasa tengah, penurunan pada fungsi fisik
dapat menyebabkan orang-orang menjadi sering merasa khawatir dan gelisah
(Santrock, 2002). Kepuasan hidup dan kebahagiaan pada orang-orang paruh baya
lebih mengarah kepada dukungan sosial dari teman, pasangan atau keluarga, dan
juga faktor agama (Myers, 2000 dalam Papalia, et al., 2009). Menurut teori
perkembangan Erikson, tugas perkembangan
psikososial yang utama pada masa dewasa tengah
adalah mencapai generativitas (Erikson, 1982). Generativitas adalah keinginan untuk
merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generativitas
dengan anak-anaknya melalui bimbingan
dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya (Alwisol, 2014 ; Papalia, et al.,
2009). Pada tugas perkembangan hubungan diri sendiri terkait dengan psikologis,
seluruh subjek mengalami kegelisahan dan kekhawatiran terhadap penurunan pada
fungsi fisiknya. Seluruh
subjek
memaknai hidupnya dengan bahagia, penuh syukur, selalu memperbaiki diri, dan selalu
instropeksi diri. Seluruh subjek berusaha untuk lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT. Kebahagiaan terbesar yang
dirasakan oleh seluruh subjek adalah ketika melihat orang tuanya, anak-anaknya,
pasangannya, saudara-saudaranya, dan seluruh anggota keluarganya sehat dan
bahagia.
Pada tugas perkembangan
hubungan dengan diri sendiri yang terkait dengan karir, seluruh subjek
menjalani seluruh kegiatan bekerja dalam hidupnya dengan bahagia. Seluruh subjek
senang melakukan pekerjaannya dan tidak kesulitan membagi waktu antara
pekerjaan dan keluarga. Seluruh subjek memandang karir dengan lebih bertanggung
jawab, sehingga membuat dirinya selalu bersemangat untuk bekerja. Orang-orang
yang subjek sayangi menjadi motivasi terkuat untuk tetap bekerja dengan penuh
semangat.
Pada usia paruh baya, untuk
meningkatkan makna pribadi dan arah diri dari kehidupan kerja, meraka akan
menyesuaikan kembali terhadap bidang pekerjaan dan itu lazim terjadi.
Aspek-aspek tertentu dapat mempengaruhi peningkatan performa kerja, sehingga
kepuasan kerja akan semakin bertambah (Laura E. Berk, 2012). Greenberg dan
Baron (2003) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif atau negatif
yang dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka. Banyak perempuan tengah baya
memasuki lapangan pekerjaan karena mereka dihadapkan pada kebutuhan untuk
membantu diri mereka sendiri dan keluarga. Namun, kebosanan, kesepian, dan
keinginan untuk minat yang baru mungkin telibat juga. Perempuan pada paruh
kehidupan telah menemukan bahwa pekerjaan memainkaan peran penting dalam
kesehatan psikologis perempuan. Pada tugas perkembangan hubungan dengan diri
sendiri yang terkait dengan karir, seluruh subjek menjalani seluruh kegiatan
bekerja dalam hidupnya dengan bahagia. Seluruh subjek senang melakukan
pekerjaannya dan tidak kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Seluruh
subjek memandang karir dengan lebih bertanggung jawab, sehingga membuat dirinya
selalu bersemangat untuk bekerja.
Pada tugas perkembangan
hubungan dengan Tuhan, seluruh subjek menganggap penting agama dan melibatkan
agama dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh subjek menganggap bahwa agama
merupakan petunjuk dalam menjalani kehidupan. Seluruh subjek merasa lebih tenang, tentram, dan damai
ketika melibatkan agama dalam menjalani kehidupan. Pada usia dewasa tengah ini,
seluruh subjek berusaha untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
lebih rajin menjalankan ibadah, baik yang wajib maupun sunnah, seperti
melaksanakan shalat wajib 5 waktu lebih tepat waktu, melaksanakan shalat dhuha
dan tahajud, melaksanakan puasa sunnah senin-kamis, dan lebih rutin membaca Al
Quran.
Gustav Jung menyatakan bahwa pada usia paruh baya,
orang-orang mengalihkan obsesi mereka ke diri mereka yang spiritual dan
kebatinan. Kepuasan hidup dan kebahagiaan pada orang-orang paruh baya lebih
mengarah kepada dukungan sosial dari teman, pasangan atau keluarga, dan juga
faktor agama (Myers, 2000 dalam Papalia, et
al., 2009). Pada
tugas perkembangan hubungan dengan Tuhan, seluruh subjek menganggap penting
agama dan melibatkan agama dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh subjek berusaha
untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan lebih rajin menjalankan
ibadah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa
dewasa tengah juga
disebut dengan masa paruh baya. Masa
dewasa tengah dianggap sebagai tahapan hidup yang berbeda dengan tahapan
lainnya karena memiliki norma sosial, aturan, peluang, dan tantangannya
sendiri. Pada masa dewasa tengah, terdapat tugas perkembangan yang harus
dicapai antara lain yaitu mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai
warga negara, membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia, mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk mengisi
kekosongan waktu, menghubungkan diri dengan pasangan hidup sebagai suatu
individu, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis
yang terjadi, mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam pekerjaan, serta menyesuaikan diri dengan orangtua yang
semakin tua.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang. Di
antara tiga subjek tersebut, terdapat persamaan dan perbedaan
dalam mencapai
tugas-tugas perkembangan. Seluruh subjek telah mencapai hubungan sosial yang baik dengan tetagga maupun teman sebaya. Seluruh
subjek ini merupakan orang asli
Yogyakarta yang mengetahui dan memahami budaya yang ada di Yogyakarta, sehingga
mudah untuk menjalin relasi dengan teman dan tetangganya. Seluruh subjek dalam
menjalin relasi cukup luas, karena sebagian besar subjek adalah seorang
pedagang yang setiap hari bersinggungan dengan orang lain. Selain itu juga
karena seluruh subjek aktif dalam kegiatan yang ada di tempat tinggalnya.
Seluruh subjek menjalin hubungan yang baik dengan
anaknya. Secara garis besar, seluruh subjek mendukung bakat atau kemampuan yang
di miliki anaknya. Dalam pola pengasuhan, seluruh subjek menerapkan kemandirian
kepada anaknya, pengetahuan agama, dan rasa saling menyayangi kepada saudara.
Pada tugas perkembangan
hubungan dengan pasangan, dua dari tiga subjek memiliki hubungan yang harmonis.
Sedangkan satu dari tiga subjek telah bercerai sehingga saat ini menjadi single parent. Dalam beradaptasi dengan
pasangan, secara garis besar subjek mengalami masalah pada saat awal
pernikahan. Faktor penyebabnya antara lain adalah
pernikahan muda, perbedaan usia yang cukup jauh, ada juga yang menjadi istri
kedua, dan ada satu subjek yang menikah secara siri (tidak ada catatan Negara). Seluruh subjek
tidak mengalami masalah atau kesulitan dalam
membagi waktu antara pekerjaan, anak, atau pasangan, karena dua dari tiga
subjek bekerja di rumah dan satu dari dua subjek bekerja harian lepas.
Seluruh subjek menjalin hubungan yang harmonis dengan orang tua ataupun mertuanya. Tetapi terdapat
satu subjek yang tidak berhubungan baik dengan mertua, karena telah bercerai dengan suaminya dan juga faktor pernikahan
siri yang tidak disetujui oleh mertua. Seluruh
subjek tidak melakukan banyak penyesuaian dengan orang tuanya yang semakin
menua. Dengan bertambahnya umur, seluruh subjek justru semakin menyayangi orang
tua mereka. Seluruh subjek secara
garis besar memaknai hidupnya di usia dewasa tengah ini dengan rasa syukur, bahagia, terus
memperbaiki diri, dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Seluruh subjek merasa bahwa di usia dewasa tengah
ini telah mengalami penurunan pada fungsi fisik,
wajah yang mulai berkeriput, rambut memutih, tulang yang semakin rapuh dengan tidak merasa kuat
lagi seperti waktu usia sebelum 40 tahun, dan juga merasa mudah lelah. Terdapat dua dari tiga
subjek yang memiliki penyakit serius yaitu diabetes dan varises. Seluruh subjek menjaga kesehatan fisiknya dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti mengatur pola makan, pola istirahat, dan
olahraga secara teratur.
Pada keadaan psikologis, seluruh subjek mengalami perbedaan dibanding
sebelum usia 40
tahun. Seluruh subjek merasakan
kekhawatiran
dan kegelisahan seiring dengan penurunan pada fungsi fisiknya. Seluruh subek
telah memahami jika akan mengalami menopause dan akan menerima dengan tanpa beban. Seluruh subjek merasa lebih
prima dan kuat di usia sebelum 40 tahun, karena fisik juga masih kuat dan belum mengalami penurunan. Seluruh subjek memaknai
hidup dengan rasa syukur, rasa bahagia,
terus memperbaiki diri, lebih instropeksi diri dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Arti kebahagiaan menurut seluruh
subjek adalah ketika dapat menjalin hubungan dengan keluarga secara harmonis
dan melihat anggota keluarga serta orang-orang di sekitarnya
sehat dan sejahtera.
Seluruh subjek memiliki pekerjaan yang tidak terlalu terikat waktu sehingga lebih mudah untuk membagi
waktu antara pekerjaan dan keluarga. Seluruh subjek bekerja untuk membantu
ekonomi keluarga. Secara garis besar, seluruh subjek memandang karir dengan
lebih bertanggung jawab sehingga lebih bersemangat dalam bekerja.
Tugas perkembangan agama pada masa dewasa tengah di
Yogyakarta terpenuhi dengan baik. Seluruh subjek menganggap bahwa agama sangat
penting dan sangat berpengaruh dalam menjalani kehidupan.
Seluruh subjek menyadari bahwa memasuki usia
dewasa tengah ini harus semakin rajin dalam beribadah dan lebih berusaha
mendekatkan diri kepada Tuhan.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan
dianalisis, maka dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan masa dewasa tengah di Yogyakarta terpenuhi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2014). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang
: UMM Press.
Berk, Laura E. (2012). Development
Through The Lifespan : Dari Dewasa Awal Sampai Menjelang Ajal edisi 5.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Greenberg, Jerald dan Robert Baron (2003). Behavior in Organizations (understanding and managing the human side of
work). Eight edition. New Jersey: Prentice Hall.
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Papalia
D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. (2009).
Human Development : Perkembangan Manusia
edisi 10 buku 2. (Penerj. Brian Marwensdy). Jakarta: Salemba
Humanika.
Santrock,
J.W. (2002). Life-Span
Development : Perkembangan Masa Hidup edisi 5 jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar