Pages - Menu

Rabu, 31 Mei 2017

Laporan Makna Lanjut Usia



LAPORAN
Makna Lanjut Usia di Pasar Beringharjo

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Rentang Perkembangan Manusia

Dosen : Satih Saidiyah,Dipl.Psy.,M.Si


Description: logo uin new

Disusun Oleh:
Estri Rohmawati                   (16710001)
Awendsa Amaly N A                       (16710014)
Difla Lu’lu’atul M                 (16710015)
Wahyu Wiratmoko               (16710027)





PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017

DAFTAR ISI


PENGANTAR
Masa dewasa akhir juga disebut dengan lansia. Santrock (2011) menyebutkan masa lansia dimulai dari 60 tahun ke atas sampai sekitar 120 tahun atau 125 tahun yang merupakan perkiraan masa hidup terlama manusia zaman sekarang. Lansia merupakan individu yang telah memasuki usia 65 tahun atau lebih (Papalia, Olds, & Feldman, 2007).
Pada masa lansia, secara fisik individu yang telah berusia 65 tahun ke atas mengalami perubahan bertahap dari kondisi tubuhnya yang sehat menuju kondisi yang memprihatinkan seperti rasa sakit dan penyakit. Namun, terdapat beberapa individu lansia masih dapat bertahan dalam kondisi sehat dan tetap menikmati banyak kegiatan yang dilakukannya ketika masih muda dulu. Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa akhir, diantaranya daerah kepala, tubuh, dan persendian.
Pada masa dewasa akhir, Secara kognitif individu lansia mengalami kemunduran dalam proses penalarannya, namun dapat mencari strategi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut. Banyak aspek kognitif yang menurun pada masa dewasa akhir antara lain mengenai kecepatan memproses informasi mengalami penurunan.
Pada masa dewasa akhir, secara psikososial individu lansia menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungannya, seperti kematian orang yang dikasihinya dan waktunya untuk pensiun dari pekerjaannya (Feldman, 2012). Aspek psikososial dalam kehidupan individu lansia tidak hanya berupa proses penuaan yang sukses, tetapi juga hubungan sosialnya dengan orang lain. 
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa lansia antara lain yaitu menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya pendapatan keluarga, menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup, membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia, membentuk pengaturan fisik yang memuaskan, serta menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Profil
Nama                           : Suwito
Alamat                        : Sayidan, Yogyakarta.
Jenis Kelamin              : Laki-laki
Status Perkawinan      : Menikah
Pendidikan                  : Sekolah Dasar
Pekerjaan                     : Pedagang
Umur                           : 77 Tahun

B.     Tugas Perkembangan
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang lanjut usia yang berjenis kelamin laki-laki bernama Suwito. Subjek lahir di tahun 1940, saat ini subjek berusia 77 tahun. Subjek berasal dari Sragen, namun mulai hidup di Yogyakarta setelah bekerja di TNI Angkatan Darat pada tahun 1960. Subjek saat ini tinggal di daerah Sayidan, Yogyakarta. Subjek telah menikah dan saat ini masih hidup bersama dengan pasangannya yang bernama Martini. Subjek memiliki lima anak dan 8 cucu. Seluruh anaknya sudah bekerja dan memiliki keluarga. Subjek beragama Islam.
Pendidikan terakhir subjek adalah Sekolah Dasar. Subjek masuk Sekolah Dasar pada tahun 1950 dan lulus pada tahun 1957. Setelah lulus dari Sekolah Dasar, pada tahun 1960 subjek memutuskan untuk mendaftarkan diri untuk menjadi TNI Angkatan Darat. Pada awalnya, orang tua dari subjek tidak setuju jika subjek menjadi TNI. Subjek mengaku bahwa orang tuanya adalah orang desa yang menginginkan anaknya langsung menikah setelah lulus dari sekolah. Namun, subjek tidak setuju dengan keinginan orang tuanya. Subjek berpikir bahwa sebelum menikah harus bekerja terlebih dahulu, agar subjek dapat menghidupi keluarganya. Subjek sempat melakukan negosiasi dengan orangtuanya, subjek akan menikah jika orang tuanya memberikan modal untuk mendirikan usaha. Namun, orang tuanya tidak menyetujui dan tetap ingin anaknya menikah terlebih dahulu. Subjek merasa kecewa dengan orang tuanya, dan memutuskan untuk hidup mandiri meskipun tidak akan mendapatkan perhatian lagi dari orang tuanya.
Subjek memutuskan untuk mendaftarkan diri menjadi TNI. Subjek tidak mendapatkan restu dari orang tuanya, sehingga subjek memalsukan cap jari yang seharusnya dari orang tua dengan cap jarinya sendiri. Subjek diterima dan resmi menjadi anggota TNI Angkatan Darat pada tahun 1960. Saat subjek telah resmi menjadi TNI, subjek pulang ke rumah dengan memakai baju dinas TNI, namun orangtuanya tidak marah dengan subjek dan mulai memberikan restu kepada subjek. Subjek menikmati pekerjaannya sebagai anggota TNI. Subjek merasa bangga dirinya telah bekerja dan mampu membela tanah air Indonesia. Subjek berpendapat bahwa menjadi anggota TNI mungkin tidak dapat membuatnya menjadi orang kaya, namun subjek tetap bangga menjadi anggota TNI dan melaksanakan tugas dengan baik. Selama menjadi TNI, subjek pernah di tugaskan di beberapa daerah di Indonesia seperti Sulawesi, Sumatera, dan Kalimantan. Subjek bebas tugas sebagai anggota TNI pada tahun 1977 dan resmi pensiun dari anggota TNI pada tahun 1978. Setelah pensiun dari anggota TNI, subjek mencari pekerjaan baru yaitu bekerja sebagai karyawan kontrak di PT. Waskita Kajima. Subjek mengerjakan proyek Gedung Peninjauan Gunung Merapi di daerah Sleman. Subjek selesai kontrak pada tahun 1979. Setelah selesai kontrak dengan PT. Waskita Kajima, subjek bekerja sebagai pedagang di Pasar Beringharjo bersama pasangannya.
Subjek bekerja sebagai pedagang di Pasar Beringharjo sejak tahun 1979. Subjek bekerja menjadi pedagang di Pasar Beringharjo karena subjek tidak ingin hanya berdiam di rumah. Subjek telah terbiasa untuk bekerja, sehingga subjek merasa susah jika hanya berada di rumah. Subjek mengaku jika hanya di rumah saja, subjek akan memiliki kejenuhan dan pikiran yang “melanyang-layang” tanpa arah. Subjek bekerja menjadi pedagang di Pasar Beringharjo juga untuk menemani pasangannya yang telah terlebih dulu berdagang di Pasar Beringharjo sejak tahun 1962. Subjek berdagang bersama pasangannya yang telah dinikahi pada tanggal 27 Juli 1967. Subjek bersama pasangannya berdagang rempah-rempah dan bunga hias. Setiap pagi, subjek mulai menyiapkan dagangannya, terutama memberi warna bunga-bunga hias yang akan dijualnya. Subjek membuka dagangannya mulai pukul 09.00 dan tutup pada pukul 16.00. Subjek mengaku bahwa akhir-akhir ini sedang sepi pembeli, namun subjek tetap bersemangat untuk berdagang dan selalu bersyukur dengan rejeki yang telah diberikan oleh Allah SWT. Subjek menikmati kesibukannya sebagai pedagang di Pasar Beringharjo dan merasa bahagia karena masih diberikan kesehatan untuk berdagang oleh Allah SWT.
Subjek merasa tidak memiliki penyakit yang serius. Subjek hanya merasakan fungsi fisiknya mulai menurun, subjek menyebutnya “penyakit tua”. Subjek hanya merasa mulai mengalami penurunan pada fungsi penglihatan, namun pendengaran masih berfungsi dengan baik. Subjek hanya merasa lebih cepat lelah dan sering mengalami pegal-pegal. Subjek saat ini tetap menjaga kesehatan fisiknya dengan melakukan olah raga ringan seperti berjalan-jalan pagi bersama pasangan, banyak mengkonsumsi sayur, buah-buahan, dan jamu tradisional, serta istirahat dengan cukup. Subjek sangat bersyukur dengan keadaan fisiknya saat ini, karena merasa sudah tua namun masih memiliki tenaga untuk menjalani kesibukannya sebagai pedagang.
Pada tugas perkembangan hubungan sosial, subjek tetap berusaha untuk menjalin hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya meskipun fisiknya mulai menurun. Subjek berpendapat bahwa meskipun sudah tua, namun silaturahmi dengan orang lain tetap harus berjalan. Subjek memiliki hubungan sosial yang mesra dengan pasangan hidupnya. Subjek tidak kesulitan menjalin hubungan sosial dengan anak-anaknya, karena anak-anaknya tinggal di kampung yang sama dengan subjek. Subjek juga menjalin hubungan sosial dengan cucu-cucunya, terdapat dua cucu yang tinggal bersama subjek. Cucu yang tinggal bersama subjek adalah siswa Sekolah Menengah Pertama dan siswa Sekolah Dasar. Subjek juga mengaku bahwa anak-anaknya sering membantunya berdagang di pasar. Subjek juga menjalin hubungan sosial dengan teman-teman di pasar dengan mengikuti arisan yang ada di pasar. Subjek memiliki hubungan sosial yang baik dengan masyarakat atau orang-orang di sekitarnya.
Subjek memaknai hidupnya dengan melihat perjuangan-perjuangan hidupnya yang telah dijalani selama ini. Subjek merasa sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT karena telah memberikan rejeki yang tidak pernah berhenti. Subjek merasa bersyukur karena mampu melewati hidup yang menurutnya penuh dengan lika-liku. Subjek merasa bersyukur melihat perjalanan hidupnya yang pada awal kehidupan tidak memiliki modal apapun, tidak direstui oleh orang tua untuk menjadi anggota TNI, berjuang hidup dengan mandiri dari nol, namun saat ini masih dapat hidup mandiri, masih dapat mencukupi hidupnya dengan bekerja sendiri, dan mampu menjalankan ibadah Haji bersama pasangannya. Subjek mengaku tidak memiliki penyesalan dalam hidupnya. Subjek berpendapat bahwa dirinya telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat menjalani kehidupan dengan baik bersama orang tuanya, bersama keluarganya, bersama orang-orang di sekitarnya, dan berusaha menjalin hubungan yang baik dengan Allah SWT. Subjek merasa bahwa memang terdapat beberapa kegagalan dalam hidupnya, namun subjek berpendapat bahwa sebagai manusia tugasnya hanyalah berusaha dan berdoa untuk mencapai hidup yang baik, manusia tetap harus menyerahkan seluruh hasil usaha dan doanya kepada Allah SWT. Subjek merasa puas dan sejahtera dengan hidupnya saat ini. Subjek tetap memiliki harapan yang tinggi dalam hidupnya, subjek mengaku akan tetap hidup dengan penuh semangat untuk hidup mandiri, menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang di sekitarnya, dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Subjek berpendapat bahwa bahagia adalah ketika subjek dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya, dan tidak merepotkan orang lain. Subjek memaknai hidupnya dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT dan rasa bahagia.
Subjek mengaku pada masa anak-anak tidak mendapatkan ajaran agama dari orang tuanya. Subjek mulai belajar agama secara mandiri sekitar tahun 1960. Subjek belajar agama dengan mendengarkan kajian agama Islam di radio dan belajar dari teman-temannya di TNI. Sejak saat itu, subjek menjadi lebih sering menjalankan ibadah shalat dan membaca Al Quran. Pada usia lanjut ini, subjek semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Subjek mulai berpikir bahwa kehidupan dunia tidak terlalu penting, dapat beraktivitas dan makan saja sudah cukup. Subjek berpendapat bahwa meskipun saat ini tidak memilik harta yang berlimpah, namun subjek telah memiliki bekal untuk hidup di akhirat. Subjek semakin berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan lebih taat dalam menjalankan ibadah shalat, puasa, dan ibadah yang melibatkan hubungan sosial seperti membantu orang lain dan bersedekah. Subjek juga telah mampu menjalankan ibadah Haji bersama pasangannya dengan uang hasil berdagang. Subjek merasa sangat bersyukur atas nikmat-nikmat yang senantiasa dilimpahkan oleh Allah SWT dalam hidupnya.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Analisis Tugas Perkembangan
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Dan kali ini kami akan menganalisis tugas perkembangan pada masa lanjut usia ini.
Pada usia saat ini subjek mengaku tidak betah berdiam diri dirumah. Subjek merasa  jika hanya di rumah saja, subjek akan memiliki kejenuhan dan pikiran yang “melanyang-layang” tanpa arah. Karena itu subjek mencari kesibukan diusia tuanya dengan berdagang di Pasar Bringharjo. Sebuah teori mengatakan bahwa siapakah yang melakukan penyesuaian yang lebih sehat terhadap usia senja : yaitu orang yang dengan santai melihat dunia terus berputar dari kursi goyang, atau mereka yang tetap sibuk dari pagi sampai malam. Menurut teori pelepasan (disengagement theory), penuaan biasanya membawa penurunan perlahan dalam keterlibatan sosial dan menaruh perhatian yang lebih besar terhadap diri sendiri. Sedangkan menurut teori aktivitas ( activity theory ), menyatakan semakin tetap aktifnya seorang lansia maka semakin baik pula merekia dalam masa penuaan ( Papalia, 2013).
Orang yang beranjak tua dengan baik maka akan mempertahankan sebanyak mungkin aktivitas dan berupaya mengganti peran yang hilang ( Neugraten, Havighurst, dan Tobin, 1968).
Saat ini subjek merasa bahwa fungsi pada fisiknya menurun, sudah tidak prima seperti ketika dia muda dulu. Namun subjek merasa bahwa memang sudah waktunya kebugaran fisiknya menurun karena usia. Subjek tidak terlalu mempermasalahkan hal itu dan menganggapnya wajar. Dalam sebuah teori mengatakan, masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya (Hurlock, 1980).
Subjek mengaku penglihatannya berkurang saat ini, ini membuktikan bahwa adanya degenerasi makular terkait usia, dimana pusat retina secara perlahan kehilangan kemampuan untuk secara tajam membedakan detail halus yang menjadi penyebab utama gangguan penglihatan pada lansia ( Papalia, 2013).
Pada aspek fisik, masa lansia banyak mengalami penurunan kesehatan fisik. Ketahanan berjalan dan melakukan aktivitas konsisiten menurun seiring dengan usia.  Penurunan kekuatan otot dapat terjadi akibat kombinasi penuaan alamiah, aktivitas yang menurun dan penyakit ( Papalia, 2013). Subjek mengaku bahwa saat ini sering merasa cepat lelah dan juga badannya menjadi sering pegal-pegal.
Ketika subjek merasa fisiknya semakin lemah dan mudah terserang penyakit, subjek kemudian melakukan olah raga rutin seperti jalan pagi bersama pasangan. Subjek juga mengaku sekarang lebih perhatian terhadap pola makan dan istirahat yang cukup. Sebelumnya subjek mengaku saat lansia ini menjadi sulit tidur dan sering terbangun. Lansia cenderung tidur lebih sedikit dan jarang bermimpi. Jumlah jam tidup pulas mereka lebih terbatas, dan mereka dapat terbangun dengan mudah disebabkan masalha fisik dan cahaya ( Lamberg, 1997).
Pada tugas perkembangan hubungan sosial, subjek tetap berusaha untuk menjalin hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya meskipun fisiknya mulai menurun. Subjek berpendapat bahwa meskipun sudah tua, namun silaturahmi dengan orang lain tetap harus berjalan termasuk dengan istri dan anak-anaknya. Terdapat dalam teori selektivitas sosioemosional yaitu karena sisa waktu makin singkat, lansia memilih untuk menghabiskan waktu dengan orang dan aktivitas yang memnuhi kebutuhan emosionalnya sekarang. Oleh karena itu meskipun lansia memiliki jaringan sosial yang lebih kecil dibandingakan orang dewasa yang lebih muda, tetapu mereka cenderung memiliki hubungan dekat yang hampir sama banyak dan lebih puas dengan hubungan yang mereka miliki ( Papalia, 2013).
Menurut teori perkembanngan iman James Fowler, banyak orang dewasa menumbuhkan kepasitas keimanan, termasuk kesadaran akan sistem kepercayaan mereka sendiri sebagai salah satu dari banyak pandangan dunia, kontemplasi terhadap makna lebih mendalam di balik symbol dan ritual keagamaan, keterbukaan pada perspektif agama lain sebagai sumber inspirasi, dan (khususnya di usia lanjut) pandangan yang semakin luas tentang kebaikan bersama yang menjadi kebutuhan semua umat manusia (Fowler & Dell, 2006; McFsdden, 1996) dalam buku Laura (2012). Ini sesuai dengan subjek yang pada usia lansia ini semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan semakin mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat dengan rajin beribadah, membantu orang lain, bersedekah, dan berbuat baik kepada sesame.
Keterlibatan keagamaan ada kaitannya dengan ragam manfaat, termasuk kesejahteraan fisik dan psikologis yang lebih baik, waktu lebih banyak untuk olahraga dan aktivitas santai, peraaan lebih besar tentang kedekatan dengan keluarga dan teman, dan generativitas yang lebih besar (merawat orang lain) (Boswell, Kahana, & Dilworth-Anderson, 2006; Idler & Kasl, 1997; Lee, 2007; Wink, 2006, 2007) dalam Laura (2012). Subjek merasa bahwa dirinya semakin tua semakin bersyukur kepada Allah SWT atas diberikannya kenikmatan, kesehatan, dan kesejahteraan yang dirasakannya. Subjek merasa puas dan sejahtera dengan hidupnya saat ini.
Keyakinan pada kekuatan Tuhan berperan besar bagi penghargaan-diri, optimism, dan  kepuasan kehidupan di kalangan minoritas etnik SES-rendah (Krause, 2005; Schieman, Pudrovska, & Milkie, 2005). Subjek berpendapat bahwa sebagai manusia tugasnya hanyalah berusaha dan berdoa untuk mencapai hidup yang baik, manusia tetap harus menyerahkan seluruh hasil usaha dan doanya kepada Allah SWT. Subjek tetap memiliki harapan yang tinggi dalam hidupnya, subjek mengaku akan tetap hidup dengan penuh semangat untuk hidup mandiri, menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang di sekitarnya, dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan


DAFTAR PUSTAKA

 Feldman, Olds, Papalia. (2013). Human Development, edisi ke 10. Jakarta :
            Salemba Humanika.
Elizabeth, Hurlock. Psikologi perkembangan. Jakarta : Erlangga, 1980.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar