LAPORAN
Makna Lanjut Usia di Pasar Beringharjo
Diajukan
Untuk
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi
Rentang Perkembangan Manusia
Dosen
: Satih Saidiyah,Dipl.Psy.,M.Si
Disusun
Oleh:
Estri
Rohmawati (16710001)
Awendsa
Amaly N A (16710014)
Difla
Lu’lu’atul M (16710015)
Wahyu Wiratmoko
(16710027)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
DAFTAR ISI
PENGANTAR
Masa
dewasa akhir juga disebut dengan lansia. Santrock (2011) menyebutkan masa lansia dimulai
dari 60 tahun ke atas sampai sekitar 120 tahun atau 125 tahun yang merupakan
perkiraan masa hidup terlama manusia zaman sekarang. Lansia merupakan individu
yang telah memasuki usia 65 tahun atau lebih (Papalia, Olds, & Feldman, 2007).
Pada
masa lansia, secara fisik individu yang telah berusia 65 tahun ke atas
mengalami perubahan bertahap dari kondisi tubuhnya yang sehat menuju kondisi
yang memprihatinkan seperti rasa sakit dan penyakit. Namun, terdapat beberapa individu
lansia masih dapat bertahan dalam kondisi sehat dan tetap menikmati banyak
kegiatan yang dilakukannya ketika masih muda dulu. Menurut Hurlock (1980)
terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa akhir, diantaranya
daerah kepala, tubuh, dan persendian.
Pada masa dewasa akhir,
Secara kognitif individu lansia mengalami kemunduran dalam proses penalarannya,
namun dapat mencari strategi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan
tersebut. Banyak aspek kognitif yang menurun pada masa dewasa akhir antara lain
mengenai kecepatan memproses informasi mengalami penurunan.
Pada
masa dewasa akhir, secara psikososial individu lansia menyesuaikan diri dalam
menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungannya, seperti kematian orang yang
dikasihinya dan waktunya untuk pensiun dari pekerjaannya (Feldman, 2012). Aspek
psikososial dalam kehidupan individu lansia tidak hanya berupa proses penuaan
yang sukses, tetapi juga hubungan sosialnya dengan orang lain.
Tugas
perkembangan yang harus dicapai pada masa lansia antara lain yaitu menyesuaikan
diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri dengan
masa pensiun dan berkurangnya pendapatan keluarga, menyesuaikan diri dengan
kematian pasangan hidup, membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia,
membentuk pengaturan fisik yang memuaskan,
serta menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Profil
Nama : Suwito
Alamat : Sayidan, Yogyakarta.
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan :
Menikah
Pendidikan :
Sekolah Dasar
Pekerjaan : Pedagang
Umur :
77 Tahun
B. Tugas Perkembangan
Subjek dalam penelitian ini adalah
seorang lanjut usia yang berjenis kelamin laki-laki
bernama Suwito. Subjek lahir di tahun 1940,
saat ini subjek berusia 77 tahun. Subjek
berasal dari Sragen, namun mulai hidup di Yogyakarta setelah bekerja di TNI
Angkatan Darat pada tahun 1960. Subjek saat ini tinggal di daerah Sayidan,
Yogyakarta. Subjek telah menikah dan saat ini masih hidup bersama dengan pasangannya
yang bernama Martini. Subjek memiliki
lima anak dan 8 cucu. Seluruh anaknya sudah bekerja dan memiliki keluarga. Subjek
beragama Islam.
Pendidikan terakhir subjek
adalah Sekolah Dasar. Subjek masuk Sekolah Dasar pada tahun 1950 dan lulus pada
tahun 1957. Setelah lulus dari Sekolah Dasar, pada tahun 1960 subjek memutuskan
untuk mendaftarkan diri untuk menjadi TNI Angkatan Darat. Pada awalnya, orang
tua dari subjek tidak setuju jika subjek menjadi TNI. Subjek mengaku bahwa
orang tuanya adalah orang desa yang menginginkan anaknya langsung menikah
setelah lulus dari sekolah. Namun, subjek tidak setuju dengan keinginan orang
tuanya. Subjek berpikir bahwa sebelum menikah harus bekerja terlebih dahulu,
agar subjek dapat menghidupi keluarganya. Subjek sempat melakukan negosiasi dengan
orangtuanya, subjek akan menikah jika orang tuanya memberikan modal untuk
mendirikan usaha. Namun, orang tuanya tidak menyetujui dan tetap ingin anaknya
menikah terlebih dahulu. Subjek merasa kecewa dengan orang tuanya, dan
memutuskan untuk hidup mandiri meskipun tidak akan mendapatkan perhatian lagi
dari orang tuanya.
Subjek memutuskan untuk
mendaftarkan diri menjadi TNI. Subjek tidak mendapatkan restu dari orang
tuanya, sehingga subjek memalsukan cap jari yang seharusnya dari orang tua dengan cap jarinya sendiri. Subjek diterima
dan resmi menjadi anggota TNI Angkatan Darat pada tahun 1960. Saat subjek telah
resmi menjadi TNI, subjek pulang ke rumah dengan memakai baju dinas TNI, namun
orangtuanya tidak marah dengan subjek dan mulai memberikan restu kepada subjek.
Subjek menikmati pekerjaannya sebagai anggota TNI. Subjek merasa bangga dirinya
telah bekerja dan mampu membela tanah air Indonesia. Subjek berpendapat bahwa
menjadi anggota TNI mungkin tidak dapat membuatnya menjadi orang kaya, namun
subjek tetap bangga menjadi anggota TNI dan melaksanakan tugas dengan baik.
Selama menjadi TNI, subjek pernah di tugaskan di beberapa daerah di Indonesia
seperti Sulawesi, Sumatera, dan Kalimantan. Subjek bebas tugas sebagai anggota
TNI pada tahun 1977 dan resmi pensiun dari anggota TNI pada tahun 1978. Setelah
pensiun dari anggota TNI, subjek mencari pekerjaan baru yaitu bekerja sebagai
karyawan kontrak di PT. Waskita Kajima. Subjek mengerjakan proyek Gedung
Peninjauan Gunung Merapi di daerah Sleman. Subjek selesai kontrak pada tahun
1979. Setelah selesai kontrak dengan PT. Waskita Kajima, subjek bekerja sebagai
pedagang di Pasar Beringharjo bersama pasangannya.
Subjek bekerja sebagai pedagang di Pasar Beringharjo sejak tahun 1979. Subjek
bekerja menjadi pedagang di Pasar Beringharjo karena subjek tidak ingin hanya
berdiam di rumah. Subjek telah terbiasa untuk bekerja, sehingga subjek merasa
susah jika hanya berada di rumah. Subjek mengaku jika hanya di rumah saja,
subjek akan memiliki kejenuhan dan pikiran yang “melanyang-layang” tanpa arah. Subjek
bekerja menjadi pedagang di Pasar Beringharjo juga untuk menemani pasangannya
yang telah terlebih dulu berdagang di Pasar Beringharjo sejak tahun 1962.
Subjek berdagang bersama pasangannya yang telah dinikahi pada tanggal 27 Juli
1967. Subjek bersama pasangannya berdagang rempah-rempah dan bunga hias. Setiap
pagi, subjek mulai menyiapkan dagangannya, terutama memberi warna bunga-bunga
hias yang akan dijualnya. Subjek membuka dagangannya mulai pukul 09.00 dan
tutup pada pukul 16.00. Subjek mengaku bahwa akhir-akhir ini sedang sepi
pembeli, namun subjek tetap bersemangat untuk berdagang dan selalu bersyukur
dengan rejeki yang telah diberikan oleh Allah SWT. Subjek menikmati
kesibukannya sebagai pedagang di Pasar Beringharjo dan merasa bahagia karena
masih diberikan kesehatan untuk berdagang oleh Allah SWT.
Subjek merasa tidak memiliki
penyakit yang serius. Subjek hanya merasakan fungsi fisiknya mulai menurun,
subjek menyebutnya “penyakit tua”. Subjek hanya merasa mulai mengalami
penurunan pada fungsi penglihatan, namun pendengaran masih berfungsi dengan
baik. Subjek hanya merasa lebih cepat lelah dan sering mengalami pegal-pegal.
Subjek saat ini tetap menjaga kesehatan fisiknya dengan melakukan olah raga
ringan seperti berjalan-jalan pagi bersama pasangan, banyak mengkonsumsi sayur,
buah-buahan, dan jamu tradisional, serta istirahat dengan cukup. Subjek sangat
bersyukur dengan keadaan fisiknya saat ini, karena merasa sudah tua namun masih
memiliki tenaga untuk menjalani kesibukannya sebagai pedagang.
Pada tugas perkembangan
hubungan sosial, subjek tetap berusaha untuk menjalin hubungan sosial dengan
orang-orang di sekitarnya meskipun fisiknya mulai menurun. Subjek berpendapat
bahwa meskipun sudah tua, namun silaturahmi dengan orang lain tetap harus
berjalan. Subjek memiliki hubungan sosial yang mesra dengan pasangan hidupnya. Subjek
tidak kesulitan menjalin hubungan sosial dengan anak-anaknya, karena
anak-anaknya tinggal di kampung yang sama dengan subjek. Subjek juga menjalin
hubungan sosial dengan cucu-cucunya, terdapat dua cucu yang tinggal bersama
subjek. Cucu yang tinggal bersama subjek adalah siswa Sekolah Menengah Pertama
dan siswa Sekolah Dasar. Subjek juga mengaku bahwa anak-anaknya sering
membantunya berdagang di pasar. Subjek juga menjalin hubungan sosial dengan
teman-teman di pasar dengan mengikuti arisan yang ada di pasar. Subjek memiliki
hubungan sosial yang baik dengan masyarakat atau orang-orang di sekitarnya.
Subjek memaknai hidupnya
dengan melihat perjuangan-perjuangan hidupnya yang telah dijalani selama ini.
Subjek merasa sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT karena telah
memberikan rejeki yang tidak pernah berhenti. Subjek merasa bersyukur karena mampu
melewati hidup yang menurutnya penuh dengan lika-liku. Subjek merasa bersyukur
melihat perjalanan hidupnya yang pada awal kehidupan tidak memiliki modal
apapun, tidak direstui oleh orang tua untuk menjadi anggota TNI, berjuang hidup
dengan mandiri dari nol, namun saat ini masih dapat hidup mandiri, masih dapat
mencukupi hidupnya dengan bekerja sendiri, dan mampu menjalankan ibadah Haji
bersama pasangannya. Subjek mengaku tidak memiliki penyesalan dalam hidupnya.
Subjek berpendapat bahwa dirinya telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
dapat menjalani kehidupan dengan baik bersama orang tuanya, bersama
keluarganya, bersama orang-orang di sekitarnya, dan berusaha menjalin hubungan
yang baik dengan Allah SWT. Subjek merasa bahwa memang terdapat beberapa
kegagalan dalam hidupnya, namun subjek berpendapat bahwa sebagai manusia
tugasnya hanyalah berusaha dan berdoa untuk mencapai hidup yang baik, manusia
tetap harus menyerahkan seluruh hasil usaha dan doanya kepada Allah SWT. Subjek
merasa puas dan sejahtera dengan hidupnya saat ini. Subjek tetap memiliki
harapan yang tinggi dalam hidupnya, subjek mengaku akan tetap hidup dengan
penuh semangat untuk hidup mandiri, menjalin hubungan sosial yang baik dengan
orang di sekitarnya, dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Subjek
berpendapat bahwa bahagia adalah ketika subjek dapat bermanfaat bagi dirinya
sendiri, bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya, dan tidak merepotkan orang
lain. Subjek memaknai hidupnya dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT dan
rasa bahagia.
Subjek mengaku pada masa
anak-anak tidak mendapatkan ajaran agama dari orang tuanya. Subjek mulai
belajar agama secara mandiri sekitar tahun 1960. Subjek belajar agama dengan
mendengarkan kajian agama Islam di radio dan belajar dari teman-temannya di
TNI. Sejak saat itu, subjek menjadi lebih sering menjalankan ibadah shalat dan
membaca Al Quran. Pada usia lanjut ini, subjek semakin mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Subjek mulai berpikir bahwa kehidupan dunia tidak terlalu penting,
dapat beraktivitas dan makan saja sudah cukup. Subjek berpendapat bahwa
meskipun saat ini tidak memilik harta yang berlimpah, namun subjek telah memiliki
bekal untuk hidup di akhirat. Subjek semakin berusaha untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT dengan lebih taat dalam menjalankan ibadah shalat, puasa, dan
ibadah yang melibatkan hubungan sosial seperti membantu orang lain dan
bersedekah. Subjek juga telah mampu menjalankan ibadah Haji bersama pasangannya
dengan uang hasil berdagang. Subjek merasa sangat bersyukur atas nikmat-nikmat
yang senantiasa dilimpahkan oleh Allah SWT dalam hidupnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Tugas Perkembangan
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari
bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,
dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan
segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Dan kali ini kami akan menganalisis tugas perkembangan pada masa lanjut usia ini.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Dan kali ini kami akan menganalisis tugas perkembangan pada masa lanjut usia ini.
Pada usia saat ini subjek mengaku tidak betah berdiam diri dirumah.
Subjek merasa jika hanya di rumah saja, subjek akan memiliki
kejenuhan dan pikiran yang “melanyang-layang” tanpa arah. Karena
itu subjek mencari kesibukan diusia tuanya dengan berdagang di Pasar
Bringharjo. Sebuah teori mengatakan bahwa siapakah yang melakukan penyesuaian
yang lebih sehat terhadap usia senja : yaitu orang yang dengan santai melihat
dunia terus berputar dari kursi goyang, atau mereka yang tetap sibuk dari pagi
sampai malam. Menurut teori pelepasan (disengagement
theory), penuaan biasanya membawa penurunan perlahan dalam keterlibatan
sosial dan menaruh perhatian yang lebih besar terhadap diri sendiri. Sedangkan
menurut teori aktivitas ( activity theory
), menyatakan semakin tetap aktifnya seorang lansia maka semakin baik pula
merekia dalam masa penuaan ( Papalia, 2013).
Orang yang beranjak tua dengan baik maka akan mempertahankan sebanyak
mungkin aktivitas dan berupaya mengganti peran yang hilang ( Neugraten,
Havighurst, dan Tobin, 1968).
Saat ini subjek merasa bahwa fungsi pada fisiknya menurun, sudah tidak
prima seperti ketika dia muda dulu. Namun subjek merasa bahwa memang sudah
waktunya kebugaran fisiknya menurun karena usia. Subjek tidak terlalu
mempermasalahkan hal itu dan menganggapnya wajar. Dalam sebuah teori
mengatakan, masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia
lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya
lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya (Hurlock,
1980).
Subjek mengaku penglihatannya berkurang saat ini, ini membuktikan bahwa
adanya degenerasi makular terkait usia, dimana pusat retina secara perlahan
kehilangan kemampuan untuk secara tajam membedakan detail halus yang menjadi
penyebab utama gangguan penglihatan pada lansia ( Papalia, 2013).
Pada aspek fisik, masa lansia banyak mengalami penurunan kesehatan
fisik. Ketahanan berjalan dan melakukan aktivitas konsisiten menurun seiring
dengan usia. Penurunan kekuatan otot
dapat terjadi akibat kombinasi penuaan alamiah, aktivitas yang menurun dan
penyakit ( Papalia, 2013). Subjek mengaku bahwa saat ini sering merasa cepat
lelah dan juga badannya menjadi sering pegal-pegal.
Ketika subjek merasa fisiknya semakin lemah dan mudah terserang
penyakit, subjek kemudian melakukan olah raga rutin seperti jalan pagi bersama
pasangan. Subjek juga mengaku sekarang lebih perhatian terhadap pola makan dan
istirahat yang cukup. Sebelumnya subjek mengaku saat lansia ini menjadi sulit
tidur dan sering terbangun. Lansia cenderung tidur lebih sedikit dan jarang
bermimpi. Jumlah jam tidup pulas mereka lebih terbatas, dan mereka dapat
terbangun dengan mudah disebabkan masalha fisik dan cahaya ( Lamberg, 1997).
Pada tugas perkembangan hubungan sosial, subjek
tetap berusaha untuk menjalin hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya
meskipun fisiknya mulai menurun. Subjek berpendapat bahwa meskipun sudah tua,
namun silaturahmi dengan orang lain tetap harus berjalan
termasuk dengan istri dan anak-anaknya. Terdapat dalam teori selektivitas
sosioemosional yaitu karena sisa waktu makin singkat, lansia memilih untuk
menghabiskan waktu dengan orang dan aktivitas yang memnuhi kebutuhan
emosionalnya sekarang. Oleh karena itu meskipun lansia memiliki jaringan sosial
yang lebih kecil dibandingakan orang dewasa yang lebih muda, tetapu mereka
cenderung memiliki hubungan dekat yang hampir sama banyak dan lebih puas dengan
hubungan yang mereka miliki ( Papalia, 2013).
Menurut teori perkembanngan iman James Fowler, banyak orang dewasa
menumbuhkan kepasitas keimanan, termasuk kesadaran akan sistem kepercayaan
mereka sendiri sebagai salah satu dari banyak pandangan dunia, kontemplasi
terhadap makna lebih mendalam di balik symbol dan ritual keagamaan, keterbukaan
pada perspektif agama lain sebagai sumber inspirasi, dan (khususnya di usia
lanjut) pandangan yang semakin luas tentang kebaikan bersama yang menjadi
kebutuhan semua umat manusia (Fowler & Dell, 2006; McFsdden, 1996) dalam
buku Laura (2012). Ini sesuai dengan subjek yang pada usia lansia ini semakin mendekatkan diri kepada Tuhan
dan semakin mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat dengan rajin beribadah,
membantu orang lain, bersedekah, dan berbuat baik kepada sesame.
Keterlibatan keagamaan ada kaitannya dengan
ragam manfaat, termasuk kesejahteraan fisik dan psikologis yang lebih baik,
waktu lebih banyak untuk olahraga dan aktivitas santai, peraaan lebih besar
tentang kedekatan dengan keluarga dan teman, dan generativitas yang lebih besar
(merawat orang lain) (Boswell, Kahana, & Dilworth-Anderson, 2006; Idler
& Kasl, 1997; Lee, 2007; Wink, 2006, 2007) dalam Laura (2012). Subjek
merasa bahwa dirinya semakin tua semakin bersyukur kepada Allah SWT atas diberikannya
kenikmatan, kesehatan, dan kesejahteraan yang dirasakannya. Subjek merasa puas
dan sejahtera dengan hidupnya saat ini.
Keyakinan pada kekuatan Tuhan berperan besar
bagi penghargaan-diri, optimism, dan
kepuasan kehidupan di kalangan minoritas etnik SES-rendah (Krause, 2005;
Schieman, Pudrovska, & Milkie, 2005). Subjek berpendapat bahwa sebagai
manusia tugasnya hanyalah berusaha dan berdoa untuk mencapai hidup yang baik,
manusia tetap harus menyerahkan seluruh hasil usaha dan doanya kepada Allah SWT.
Subjek tetap memiliki harapan yang tinggi dalam hidupnya, subjek mengaku akan
tetap hidup dengan penuh semangat untuk hidup mandiri, menjalin hubungan sosial
yang baik dengan orang di sekitarnya, dan senantiasa mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Feldman,
Olds, Papalia. (2013). Human Development,
edisi ke 10. Jakarta :
Salemba
Humanika.
Elizabeth, Hurlock. Psikologi
perkembangan. Jakarta : Erlangga, 1980.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar