Jumat, 09 Juni 2017

AKIDAH POKOK DAN CABANG

16.12 0 Comments


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Sudah lama kita menjadi seorang muslim. Banyak nikmat yang telah kita dapatkan ini patut kita syukuri, karena kenikmatan inilah yang akan menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan kita di hari akhir nanti. Dalam makalah ini kita akan membahas tentang akidah pokok dan cabang. “Sudah sejauh manakah kita telah memahami dan mengamalkan ajaran kita ini?” inilah pertanyaan yang paling penting  yang harus direnungkan dan dijawab, karena jawaban pertanyaan ini yang nantinya sangat menentukan kualitas keislaman dan ketaqwaan kita.
RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian Akidah?
2.      Apa pengertian Akidah Pokok dan Cabangnya?
3.      Apa saja prinsip dasar Akidah?
4.      Bagaimana klasifikasi akidah pokok dan cabangnya?
MAKSUD DAN TUJUAN
1.      Untuk memahami aqidah-aqidah pokok dan cabang.
2.      Menjadikan manusia lebih baik dan sempurna dalam agamanya.








BAB II
PEMBAHASAN

A.   PENGERTIAN AKIDAH
Secara etimologis akidah berasal dari kata ‘aqada- ya’qidu- ‘uqdatan- ‘aqidatan. Artinya simpul, ikatan atau perjanjian. Jadi aqidah adalah keyakinan yang tersimpul kuat didalam hati bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Para ulama’ mendefinisan aqidah sebagai“sesuatu yang terikat kepadanya hati dan hati nurani.” Dalam Al-qur’an kata “aqidah” diartikan sebagai : “wahai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu” Sedangkan secara terminologi akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang  teguh oleh orang  yang mempercayainya. dan dalam hal ini Allah SWT telah mejelaskan melalui firman-Nya dalam surah Al-Ikhas ayat satu dan dua. Yang artinya “ Katakanlah Dia-Lah Allah, Yang Maha Esa. Allah Adalah Tuhan Yang Bergantung Kepada-Nya Segala Sesuatu.” QS Al-Ikhlas  ([112]: 1-2)
Dan dalam hal ini Menurut  Hasan Al-Banna, aqa’id (jama’ akidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Dan Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy, akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia baik secara akal, dan fitroh. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia didalam hati serta diyakini keshahihannya dan keberadaannya secara pasti.
B.     PENGERTIAN AKIDAH POKOK DAN CABANGNYA
Setelah berakhirnya kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab umat Islam tidak dapat menahan diri dengan apa yang telah dijaga bersama. Kemudian muncul kemelut yang pada klimaksnya melahirkan peristiwa pembunuhan Khalifah Usman bin Affan (Tahun 345-656 M) oleh para pemberontak yang sebagian besar dari Mesir yang tidak puas dengan kebijakan politiknya. Memang secara lahir nampak peristiwa adalah persualan politik yang berkembang menjadi persoalan Akidah (Teologi) yang melahirkan berbagai kelompok dan aliran teologi dengan pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pada masa umat Islam tidak mampu lagi mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidah, karena masing-masing berusaha membuka persoalan akidah yang pada masa sebelumnya terkunci. Masing-masing kelompok membawa keluar persoalan Akidah untuk dilepaskan bersama kelompoknya sehingga muncul pemahaman versi kelompok tersebut. Maka lahir cabang-cabang akidah yang pemahaman bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman misalnya rukun iman yang pertama (iman kepada Allah) muncul perbedaan pendapat (ikhtilaf) dalam membicarakan zat tuhan, sifat tuhan, dan af’a,al (perbuatan) tuhan.
Awalnya peristiwa ini hanya sebuah permasalan politik yang akhirnya berkembang menjadi persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai  aliran dengan teologi dan pandangan yang berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak mampu lagi mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidahnya, karena masing-masing berusaha membuka persoalan akidah yang sebelumnya terkunci.Yang dimaksud akidah pokok adalah Akidah umat Islam pada masa Nabi dan masa khalifah Abu Bakar As-Sidik dan Umar bin Khattab persoalan akidah masih dapat  dipertahankan yaitu disebut Rukun Iman yang mencakup 6 aspek dalam pembahasan ini disebut dengan akidah pokok yaitu:
1.      Iman Kepada Allah
2.      Iman Kepada Malaikat
3.      Iman Kepada Kitab
4.      Iman Kepada Rasul
5.      Iman Kepada Hari Kiamat
6.      Iman Kepada Qada dan Qadar

a.      Tuhan
Dalam masalah sifat Tuhan juga muncul persoalan, apakah Tuhan itu mempunyai sifat atau tidak. Hal ini muncul 2 golongan yang berpendapat berbeda yang menggambarkan tuhan dengan sifat-sifat bentuk jasmani atau fisik, yaitu:
         Pertama  : golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Dia adalah Esa, bersih dari hal-hal yang menjadikannya tidak Esa. Mereka meng-EsakanTuhan dengan mengkosongkan Tuhan dari berbagai sifat-sifat.
         Kedua : Golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang diwakili oleh golongan Ay’ariyah dan Maturidiyah meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat yang sempurna dan tidak ada yang menyamai-Nya. Mensifati Tuhan dengan sifat-sifat kesempurnaan tidak akan mengurangi ke-Esaan-Nya.
Inti pokok ajaran Al-Qur’an adalah Akidah. Sedangkan inti dari akidah adalah tauhid yakni keyakinan bahwa Allah SWT Maha Esa. Tidak ada tuhan selain-Nya.
Allah berfirman :
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan dia.” (Q.S.Al-Ikhlas : 1-4)
Allah telah mensifati diri-Nya dalam Al-Qur'an dengan lafal-lafal yang pada asalnya untuk mengindikasikan makna-makna bumi dan pengertian-pengertian manusia, sekalipun Allah itu tidak bisa diserupai oleh sesuatu pun. Adapun sifat-sifat Allah SWT terdapat 20 yang wajib dan 20 yang muhal bagim Allah serta  1 yang jaiz bagi Allah. Sifat-sifat yang wajib bagi Allah SWT adalah:
1.        Ada (Al-Wujud)
2.        Dahulu (Al-Qidam)
3.        Kekal (Al-Baqa')
4.        Berbeda dengan Mahluk Lain (Al-Mukhaalafatuhu lil Hawaadits)
5.        Ada dengan sendirinya (Al-Qiyaamuhu bi Nafsihi)
6.        Maha Esa/Tunggal (Al-Wahdaniyah)
7.        Mahakuasa (القدرة)
8.        Maha Berkehendak (الإرادة)
9.      Maha Mengetahui (العلم)
10.    Mahahidup (الحياة)
11.    Maha Mendengar (السمع)
12.    Maha Melihat (البصر)
13.    Allah Maha Berkata (Al-Kalam)
14.    Keadaan-Nya Maha Kuasa (Kaunuhu Qadiran)
15.    Keadaan-Nya Maha Berkehendak (Kaunuhu Muridan)
16.    Keadaan-Nya Maha Mengetahui (Kaunuhu 'Aliman)
17.    Keadaan-Nya Mahahidup (Kaunuhu Hayyan)
18.    Keadaan-Nya Maha Mendengar (Kaunuhu Sami'an)
19.    Keadaan-Nya Maha Melihat (Kaunuhu Bashiran)
20.    Keadan-Nya Maha Berbicara (Kaunuhu Mutakalliman)

b.      Malaikat
Iman kepada malaikat mengandung arti bahwa seorang mukmin hendaknya percaya sepenuhnya bahwa Allah menciptakan sejenis makhluk yang disebut malaikat.
Malaikat ialah makhluk halus ciptaan Allah yang terbuat dari Nur (cahaya). Mereka adalah hamba Allah yang mulia dan selalu menuruti perintah-Nya. Malaikat tidak mempunyai nafsu dan mereka tidak pernah mendurhakai kepada Allah dan senantiasa menjalankan tugasnya.
Tugas dan pekerjaan malaikat berbeda-beda mereka dipimpin oleh sepuluh malaikat yang wajib diyakini, yakni:
a. Jibril, yaitu yang menjabat pimpinan malaikat dan menyampaikan wahyu.
b. Mikail bertugas mengatur kesejahteraan manusia dan semua makhluk.
c. Izra’il bertugas mencabut nyawa semua jenis makhluk.
d. Munkar dan Nakir bertugas menanyai manusia setelah mati didalam kubur.
e. Raqib dan Atid bertugas mencatat semua amal kebaikan dan keburukan manusia.
f. Israfil bertugas meniup terompet pada hari kiamat dan hari kebangkitan.
g. Ridwan bertugas menjaga surga
h. Malik bertugas menjaga neraka
c.      Kitab-Kitab
Permasalahan yang diikhtilafkan dikalangan orang islam ialah apakah Al-Qur’an itu Qadim (kekal) atau Hadis (baru). Golongan Asy’ariyah dan Maturidiyah berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah Qadim bukan makhluk (diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa Al-Qur’an tidak Qadim karena Al-Qur’an itu makhluk (diciptakan).
Beriman kepada kitab Allah ialah mempercayai bahwa Allah menurunkan beberapa kitab kepada para Rasul untuk menjadikan pedoman hidup manusia dalam mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat. Kitab-kitab yang telah diturunkan Allah kepada para rasul cukup banyak, namun yang jelas disebutkan dalam Al-Qur’an hanya empat dan wajib diketahui oleh orang Islam, yaitu :
– Taurat diturunkan kepada Nabi Musa a.s
– Zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s
– Injil diturunkan kepada Nabi Isa a.s
– Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
d.      Nabi dan Rasul
Beriman kepada Rasul-Rasul Allah ialah meyakini bahwa Allah telah memilih beberapa orang diantara manusia, memberikan wahyu kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai utusan (Rasul) untuk membimbing manusia kejalan yang benar. Mereka diutus Allah untuk mengajarkan Tauhid, meluruskan aqidak, membimbing cara beribadah dan memperbaiki akhlak manusia yang rusak. Beriman kepada Rasul cukup secara global (Ijmal) dan yang wajib diketahui ada 25 Rasul, yaitu:
1. Nabi Adam a.s
2. Nabi Idris a.s
3. Nabi Nuh a.s
4. Nabi Hud a.s
5. Nabi Shaleh a.s
6. Nabi Ibrahim a.s
7. Nabi Luth a.s
8. Nabi Ismail a.s
9. Nabi Ishaq a.s 10. Nabi Ya’qub a.s
11. Nabi Yusuf a.s
12. Nabi Ayub a.s
13. Nabi Syu’aib a.s
14. Nabi Musa a.s
15. Nabi Harun a.s
16. Nabi Zulkifli a.s
17. Nabi Daud a.s
18. Nabi Sulaiman a.s 19. Nabi Ilyas a.s
20. Nabi Ilyasa’ a.s
21. Nabi Yunus a.s
22. Nabi Zakaria a.s
23. Nabi Yahya a.s
24. Nabi Isa a.s
25. Nabi Muhammad SAW
Masalah yang masih diperselisihkan dalam kaitannya dengan iman kepada para Nabi dan Rasul adalah mengenai jumlahnya. Hanya Allah yang mengetahui jumlahnya. Sebagian ulama’ mengatakan bahwa jumlah seluruhnya adalah 124.000 orang. Dari jumlah itu yang diangkat menjadi Rasul sebanyak 313 orang.
e.       Hari Kiamat
Hari kiamat (Hari Akhirat) ialah kehancuran alam semesta segala yang ada didunia ini akan musnah dan semua makhluk hidup akan mati, selanjutnya akan berganti dengan yang baru yang disebut Alam Akhirat.
Iman kepada hari kiamat berarti mempercayai akan adanya hari tersebut dan kehidupan sesudah mati serta beberap hal yang berhubungan dengan hari kiamat. Seperti kebangkitan dari kubur, Hisab (Perhitungan Amal), Sirat (Jembatan yang terbentang diatas punggung neraka), Surga dan Neraka.
Kapan hari kiamat akan datang, tidak seorangpun yang tahu dan hanya Allah saja yang mengetahui. Manusia hanya diberi tahu melalui tanda-tandanya sebelum hari kiamat tiba.
Para ulama telah sepakat dalam masalah adanya hari kiamat dan hal-hal yang terjadi didalamnya hanya saja mereka Ikhtilaf tentang apa yang akan dibangkitkan. Pendapat pertama mengatakan bahwa yang dibangkitkan meliputi jasmani dan rohani. ini dikeluarkan oleh golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah. Adapun pendapat kedua yang dibangkitkan adalah rohnya saja.
f.       Takdir
Dalam masalah taqdir, orang islam sepakat perlunya meyakini adanya ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam semesta ini. Namun berbeda dalam memahami dan memperaktekkannya.
         Pertama : Qodariyah berpendapat bahwa segala perbuatan manusia baik maupun buruk semuanya ditentukan oleh manusia itu sendiri. Allah tidak mempunyai  sangkut pautnya dalam hal ini karena Allah telah menyerahkan kodratnya kepada manusia. Allah akan memberi pahala kepada orang yang  telah berbuat baik, karena dia telah menggunakan kodrat yang diberikan Allah dijalan yang baik. Dan bagi orang yang berbuat  jahat maka Allah akan menyiksanya karena kodrat yang diberikan digunakn untuk jalan keburukan.
         Kedua : kaum Jabariyyah mempunyai I’tiqod yang bertolak belakang dengan I’tiqod kaum Qodariyah. Jabariyyah berpendapat bahwa manusia tidak punya daya apa-apa karena segalanya telah ditentukan oleh Allah. Manusia tidak punya usaha, tidak punya ikhtiar sebab seluruhnya yang menentukan adalah Allah. Pendapat Jabariyyah ini dianggap menyimpang oleh golongan Ahlussunnah Waljama’ah. Memang semuanya ini ditentukan oleh Allah tetapi Allah juga telah menciptakan usaha dan ikhtiar manusia. Oleh karena itu manusia mempunyai keharusan untuk berusaha.
         Ketiga : sebenarnya I’tiqod Ahlussunnah Waljama’ah merupakan perpaduan dari I’tiqod Jabriyyah dan Qodariyah, artinya segala sesuatu  dialam ini memang  telah ditentukan oleh Allah, namun manusia diberi kewenangan untuk melakukan ikhtiar terlebih dahulu. Seperti firman Allah yang telah dipaparkan dalam Al-Qur’an yang artinya: “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri merubah apa yang ada pada diri mereka. (QS ar-Ra’du: 11)”.
Beriman kepada takdir artinya seseorang mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT. Tidak menjadikan segala makhluk dengan Kudrat dan Iradat-Nya dan dengan segala hikmah-Nya.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukurannya.” (Q.S.Al-Qamar : 49)

Beriman kepada takdir bagi setiap orang muslim bukan dimaksudkan untuk menjadikan manusia lemah, pasif, statis atau menyerah tanpa usaha. Bahkan dengan beriman kepada takdir mengharuskna manusia untuk bangkit dan berusaha keras demi mencapai takdir yang sesuai kehendak yang diinginkan.
Dalam persoalan mengimani takdir, orang Islam sepakat perlunya meyakini adanya ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam semesta ini. Namun berbeda dalam memahami dan mempraktekannya.
Golongan Jabariyah yang dipelopori oleh Jahm bin Sahfwan berpendapat bahwa takdir Allah berarti manusia memiliki kemampuan untuk memilih, segala perbuatan dan gerak yang dilakukan manusia pada hakikatnya adalah dari Allah semata, manusia menurut mereka sama seperti wayang yang digerakkan oleh ki dalang karena itu manusia tidak mempunyai bagian sama sekali dalam mewujudkan perbuatan-Nya.
Pendapat lain bahwa manusia mampu mewujudkan perbuatannya. Tuhan tidak ikut campur tangan dalam perbuatan manusia itu dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena takdir Allah SWT. Golongan mereka disebut Aliran Qadariyah yang dipelopori oleh Ma’bad Al-Jauhari dan Gharilan Al-Damsiki.

C.  3 Prinsip dasar Akidah
Para ulama sering menjelaskan tiga prinsip yang harus jadi pegangan setiap muslim. Jika prinsip ini dipegang, barulah ia disebut muslim sejati.
Para ulama mengatakan, Islam adalah:
الاستسلام لله بالتوحيد والانقياد له بالطاعة والبراءة من الشرك وأهله
Berserah diri pada Allah dengan mentauhidkan-Nya, patuh kepada-Nya dengan melakukan ketaatan dan berlepas diri dari syirik dan pelaku syirik.
1.     Prinsip pertama: Berserah diri pada Allah dengan bertauhid
Yaitu kerendahan diri dan tunduk kepada Allah dengan tauhid, yakni mengesakan Allah dalam setiap peribadahan kita. Maksud prinsip ini adalah beribadah murni kepada Allah semata, tidak pada yang lainnya. Siapa yang tidak berserah diri kepada Allah, maka ia termasuk orang-orang yang sombong. Begitu pula orang yang berserah diri pada Allah juga pada selain-Nya (artinya: Allah itu diduakan dalam ibadah), maka ia disebut musyrik. Yang berserah diri pada Allah semata, itulah yang disebut muwahhid (ahli tauhid).
Tauhid adalah mengesakan Allah dalam ibadah. Sesembahan itu beraneka ragam, orang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah: 31).
2.     Prinsip kedua: Taat kepada Allah dengan melakukan ketaatan
Pokok Islam yang kedua adalah adanya ketundukan dan kepatuhan yang mutlak kepada Allah. Dan inilah sebenarnya yang merupakan bukti kebenaran pengakuan imannya. Penyerahan dan perendahan semata tidak cukup apabila tidak disertai ketundukan terhadap perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi apa-apa yang dilarang, semata-mata hanya karena taat kepada Allah dan hanya mengharap wajah-Nya semata, berharap dengan balasan yang ada di sisi-Nya serta takut akan adzab-Nya.
Allah berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” ( Al-Ankabut: 2-3)
3.     Prinsip ketiga: Berlepas diri dari syirik dan pelaku syirik
Tidak cukup seseorang berprinsip dengan dua prinsip di atas. Tidak cukup ia hanya beribadah kepada Allah saja, ia juga harus berlepas diri dari syirik dan pelaku syirik. Jadi prinsip seorang muslim adalah ia meyakini batilnya kesyirikan dan ia pun mengkafirkan orang-orang musyrik.

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu daripada apa yang kamu sembah selain Allah.(QS. Al Mumtahanah: 4). Ibrahim berlepas diri dari orang musyrik dan sesembahan mereka.
D.     Klasifikasi akidah pokok dan cabangnya
Klasifikasi yang terakhir ini didasarkan atas mutu atau urgensi suatu ilmu bagi manusia, baik yang menyangkut kehidupan dunia maupun akhirat. Bagi Ibnu Sina, terlihat bahwa ilmu metafisika atau ilmu ketuhanan lebih utama dari ilmu lainnya, sebab persoalan ini menyangkut kewajiban manusia sebagai individu dan hubungannya dengan Sang Pencipta. Hal ini tidak berarti, bahwa ilmu alam dan matematika tidak penting. Klasifikasi itu hanya menunjukkan kepada struktur atau tartib pengajaran. Ilmu ketuhanan meski didahulukan daripada ilmu lainnya, sebab ia menyangkut dengan penanaman akidah dan keyakinan. Kemudian peringkat kedua adalah ilmu matematika, ia didahulukan dari ilmu alam sebab matematika merupakan alat untuk mengkaji ilmu alam. Tetapi, dalam penyusunan kurikulum bisa saja akidah diajarkan seiring dengan ilmu alam dengan menjadikan fenomena alam yang diperhatikan siswa sebagai media penguatan akidah.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari beberapa uraian terdahulu dapat ditarik kesimpulan :
1.      Akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang  teguh oleh orang  yang mempercayainya. Menurut Hasan al-Banna aqa’id (jama’ akidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
2.      Akidah pokok adalah aqidah umat islam yang masih terpelihara dan masih murni sebagai mana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang tercakup didalam Arkanul Iman.
3.      Perpecahan umat islam mulai terjadi setelah berakhirnya kepemimpinan kholifah Umar bin Khattab. Kemudian muncul permasalahan yang menimbulkan terjadinya pembunuhan khalifah Ustman bin affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang sebagian besar dari Mesir yang tidak puas dengan kebijakan politiknya. Awalnya peristiwa ini hanya sebuah permasalan politik yang akhirnya berkembang menjadi persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai  aliran dengan teologi dan pandangan yang berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak mampu lagi mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidahnya, karena masing-masing berusaha membuka persoalan akidah yang sebelumnya terkunci. Maka lahirlah cabang-cabang akidah yang pemahamannya bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman.
4.      Inti pokok ajaran Islam adalah akidah firman\dan inti dari akidah adalah Tauhid yakni keyakina bahwa Allah SWT Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia.
5.       Rukun Iman mencakup 6 aspek yaitu Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-Kitab Allah, Rasul, Hari Kiamat dan Iman Kepada Qada dan Qadar.
6.      Akidah cabang yang diperselisihkan lahir karena umat Islam pada masa itu masing-masing berusaha membuka persoalan akidah dengan berbagai macam pemahaman dari aspek Rukun Iman.
B. SARAN
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian  kepada dosen serta teman-teman sekalian yang kadangkala hanya  menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran  yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
Agar kita dapat memahami Tauhid dengan benar hendaknya mempunyai pemahaman yang mendalam tentang tauhid sesuai dengan anjuran Al-Qur’an. Ajaran tauhid memberikan kepada kepada kita bahwa hidup dan mati seseorang hanya berbakti kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya. Segala perbedaan pendapat bukan berarti mencari kebenaran, akan tetapi usaha-usaha bagaimana cara mendapatkan kebenaran yang telah ada jadi tauhid disamping sebagai akidah juga berfungsi sebagai falsafat (penuntun)













DAFTAR PUSTAKA
http://wardimaneyato.blogspot.co.id/2016/02/akidah-pokok-dan-cabangnya.html


Diberdayakan oleh Blogger.

Follow Us @soratemplates