Pengaruh
Aroma Bawang Putih terhadap Morning
Sickness
Pendahuluan
Kehamilan yaitu pertumbuhan dan perkembangan intrauterin
mulai sejak konsepsi sampai permulaan kehamilan(Restyana, 2012). Sebagian besar
wanita hamil mengalami mual dan muntah(Lutifiatus, 2008). Mual dan muntah
biasanya dimulai kapan saja, antara empat sampai delapan minggu pertama
kehamilan dan sekitar 70% wanita mengalami hal ini(Mudzakir, 2009).
Mual
dan muntah merupakan hal yang terjadi di pagi hari, namun tidak menutup
kemungkinan terjadi di malam hari. Mual dan muntah yang berlebihan dan dapat
mengganggu pekerjaan sehari-hari disebut hipermesis gravidarum. Definisi dari
hipermesis gravidarum yaitu mual dan muntah lebih dari tiga kali sehari dengan
ketonuria dan kehilangan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelum hamil(yulia, 2012). Biasanya terjadi pada
minggu ke-14 hingga 16(Athif, 2009).
Mual dihubungkan dengan perubahan dalam indera penciuman
dan perasaan pada awal kehamilan(L. Walsh, 2007). Mual dapat tejadi karena suatu rangsangan dari
bau tertentu, makanan atau minuman, dan lain sebagainya. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa wanita hamil
lebih peka terhadap bau daripada rasa dari beberapa bahan makanan yang baunya
menusuk hidung dan menyebabkan muntah(Swallow, 2007). Efek ini bisa disebabkan
oleh koneksi hormon termodulasi antara sistem penciuman dan sistem limbik(dikenal
untuk menghubungkan ke sistem penciuman) selama kehamilan(Kolble, 1992).
Kemungkinan, presepsi penciuman pada tiap trimester dan setelah melahirkan tidak
konstan, hal ini memberi tingkatan hormon yang berbeda dan berubah secara
drastis di periode ini(E.L Cameron, 2007). Selain itu, beberapa telah
melaporkan bahwa wanita hamil mengalami distrosi dalam presepsi bau tertentu(e.
g. Nordin et al, 2004). Dari prespektif kuisioner pembelajaran melaporkan bahwa
diet merubah hubungan presepsi penciuman, sekitar 60% wanita hamil mengklaim
mempunyai perubahan dalam presepsi penciuman, biasanya peningkatan respon
general ke bau dan sekitar 75% perubahan diet mereka selama hamil(Cantoni et
al, 1999). Peningkatan daya penciuman sering dikaitkan sebagai mekanisme yang
dapat menjadi keuntungan, diantaranya membuat wanita hamil takut untuk mencerna
sesuatu yang bisa membahayakan perkembangan bayi(Profet, 1992).
Pada
beberapa perempuan bisa terjadi muntah-muntah secara berlebihan yang selain
disebabkan oleh kondisi keasaman lambung dan hormone, dipicu pula oleh reaksi
psikologis-emosional(Lutfiatus, 2008).Hormon yang dapat menyebabkan
hipermesis gravidarum yaitu Human Chorionic Gondatrophin(HCG), Helicobtacater
Pylori Infection, Progesteron, Estrogen, dan Hipertiroid.(Yulia, 2012). Pola metabolisme estrogen pada wanita hamil berbeda
materinya dengan wanita yang tidak hamil, ini dikarenakan produksi estrogen
sangat bagus dan keluar dari estorial dengan peningkatan yang proporsional
dengan metabolis yang lain(Breur,1960).
Bawang
putih termasuk dalam familia Liliaceae(Becker dan Bakhuizen van den
Brink,1963). Bawang putih termasuk tanaman yang membentuk umbi lapis(Santoso,
2000). Memiliki nama latin Allium sativum
L.(Lutfiatus Solihah, 2008). Tanaman ini telah lama menjadi bagian
kehidupan diberbagai peradaban dunia. Namun belum diketahui secara pasti sejak
kapan tanaman ini mulai dimanfaatkan dan dibudidayakan. Awal pemanfaatan bawang
putih diperkirakan berasal dari Asia Tengah. Hal ini didasarkan temuan sebuah
catatan medis yang berusia 5000 tahun yang lalu (3000 SM). Dari seluruh Asia
Tengah kemudian menyebar hingga ke dunia, termasuk Indonesia. Sehingga bagi
bangsa Indonesia bawang putih merupakan tanaman introduksi(Santoso, 2001).
Sebagaimana
tumbuhan lain, bawang putih mengandung lebih dari 100 metabolit sekunder yang
secara biologi sangat berguna(Challem, 1995). Satu siung bawang putih yang
masih utuh, tidak mengeluarkan bau. Saat setelah ditumbuk atau dipotong maka
akan tercium bau yang pedas(Roser dan David, 2005). Pada saat umbi bawang putih
diiris-iris dan dihaluskan dalam proses pembuatan ekstrak atau bumbu masakan,
enzim allinase menjadi aktif dan menghidrolisis alliin menghasilkan senyawa
intermediet asam allil sulfenat. Kondensasi asam tersebut menghasilkan allisin,
asam piruvat, dan ion NH(Song dan Milner,
2001). Pada
saat terurai alisin mengambil oksigen dari udara dan berubah menjadi bahan
kimia yang kaya sulfur(Roser dan David, 2005). Allisin bersifat tidak
stabil(Amagase et al, 2001), sehingga mudah mengalami reaksi lanjut tergantung
kondisi pengolahan atau faktor eksternal lain(Zhang, 1999).
Metodologi
Variabel Penelitian
Variabel
independen adalah bau bawang putih. Sementara, variable dependennya adalah morning sickness.
Definisi Operasional
Bau
bawang putih
Bawang
putih merupakan bumbu dapur yang sering digunakan oleh ibu – ibu termasuk ibu
hamil. Bawang putih memiliki bau pedas yang khas yang diakibatkan oleh senyawa
bernama alisin (David Roser, 2005). Sebagian
wanita hamil merasa lebih sensitive terhadap bau tertentu. Olahan bawang putih dipilih sendiri
oleh subjek baik ditumbuk, diiris, ditumis atau lain sebagainya yang mana akan
dicermati sendiri oleh subjek selama lima hari.
Morning sickness
Morning sickness adalah
gejala mual dan muntah yang biasanya dialami oleh wanita hamil pada minggu
ke-14 hingga 16. Biasanya akan bertambah ketika mencium bau makanan (Athif
Lamadhah, 2009).
Subjek Penelitian
Subjek
pada penelitian ini berjumlah 15 wanita hamil.
Dengan keterangan usia kehamilan trimester pertama sejumlah 5 orang, pada
trimester kedua 5 orang, dan pada trimester ketiga sejumlah 5 orang. Subjek
berada pada wilayah D.I.Yogyakarta.
Pengambilan subjek penelitian ini dengan menggunakan teknik quota sampling. Responden dijadikan
sampel didasarkan pada tetapan kuota yang telah lebih dahulu ditentukan,
sebelum kuota tersebut terisi maka penelitian belum dianggap selesai (Syofian
Siregar, 2013).
Alat ukur
Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara
secara kuesioner dan wawancara. Tingkat sensitivitas penciuman terhadap bau
bawang putih diukur dengan menggunakan kuesioner yang dirancang peneliti. Item
menggunakan skala likert yang akan disediakan lima pilihan jawaban yaitu Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS). Jenis data yang diperoleh adalah data interval.
Untuk
memperoleh data tambahan dalam penelitian ini juga menggunakan wawancara secara
langsung. Wawancara ini berfungsi untuk mendapatkan informasi yang lebih
lengkap mengenai hal-hal yang dirasakan atau dialami setelah mencium bau bawang
putih. Subjek diminta menjelaskan satu persatu jawaban atas item dalam
kuesioner subjek tersebut. Sehingga, hasilnya dapat dijadikan sebagai data
tambahan dalam penelitian ini. Tujuan digunakan wawancara ini untuk mengetahui
secara optimal perasaan dan perubahan setelah mencium bau bawag putih tersebut.
Metode pengumpulan data
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner dan wawancara. Untuk mengetahui tingkat sensitifitas wanita hamil
dengan menggunakan kuesioner tingkat sensitifitas yang dirancang peneliti
dengan berpacu pada peningkatan morning
sickness yang dirasakan.
Pengumpulan
data diawali dengan mendatangi tempat wanita hamil yang menjadi target setelah
sebelumnya menyampaikan maksud dan tujuan penelitian kepada subjek kemudian
menentukan waktu pengambilan data. Selanjutnya peneliti menyebar kuesioner.
Kemudian pada hari kelima peneliti datang kembali untuk mengambil kuesioner dan
melakukan wawancara untuk informasi tambahan. Kuesioner yang dibagikan kepada
subjek yaitu berjumlah 15 subjek, dapat kembali seutuhnya.
Jenis penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
dan generalisasi (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti ingin
mengidentifikasi bagaimana pengaruh bau bawang putih terhadap peningkatan
sensitivitas indera penciuman wanita hamil pada morning sickness subjek dengan wilayah
tempat tinggal Yogyakarta.
Diskusi
12 subjek yang
telah diwawancara menyatakan bahwa mereka mengalami mual dan muntah selama
kehamilan. Sedangkan satu ibu hamil menyatakan tidak mengalami mual dan muntah.
Dari kelima subjek yang berada pada trimester tiga menyatakan bahwa mual dan
muntah yang disebabkan oleh bau yang mereka rasakan pada usia kandungan 1
sampai 4 bulan. Sekitar 36 minggu kehamilan, ibu hamil mengalami penurunan
ambang penciuman dibandingkan dengan kontrol yang tidak alami(N.
Ochsenbein-Kolbe etc, 2006). Penelitian lainnya menyatakan penurunan
sensitivitas pada akhir kehamilan(Hansen
dan Glass, 1936., Noferi dan Giudizi, 1946., Lufara dan Murizi, 1961)
Menurut Livio Obati etc(2015), peningkatan siklus progesteron mengikuti
intensitas perkawinan dan penurunan selama 2-3 hari sebelum melahirkan dan
kenaikan level estrogen tetap tinggi selama trimester ketiga.
Sebanyak 5 ibu
hamil di trimester kedua juga menyatakan bahwa mereka merasakan mual pada usia
kandungan berkisar 1-3 bulan. Saat menginjak trimester dua, subjek menyatakan
sudah tidak mengalami muntah namun terkadang masih merasakan mual saja. Mual
dan muntah akan menurun setelah 12 minggu kehamilan dan berhenti pada
pertengahan kehamilan yaitu pada 20 minggu setelah periode menstruasi terakhir
dan hanya sebagian kecil yang masih merasakannya(Flaxman and Sherman 2000,
2002; Sherman and Flaxman 2001, 2002; Forbes 2002; Fessler et al. 2005). Mual
dan muntah yang terjadi pada trimester pertama kehamilan dan akan berakhir pada
trimester kedua kehamilan(Rustam,2002).
Sedangkan 2
ibu hamil trimester pertama menyatakan bahwa mereka mengalami mual dan muntah
selama awal kehamilan mereka. Mual dan muntah dapat dirasakan sedini mungkin,
biasanya 5 minggu setelah periode menstruasi terakhir(Sayle et al, 2002).
Peningkatan intensitas penciuman pada ibu hamil trimester pertama melebihi
wanita tidak hamil yang dikontrol(E. Leslie Cameron,2007).
Tabel penyebab
mual dan muntah subjek
Subjek
|
Bawang Putih
|
Bau amis
|
Bau dapur
|
Parfum
|
Asap knalpot
|
Bau suami
|
Durian
|
A
|
V
|
|
|
|
|
|
|
B
|
|
V
|
|
|
|
|
|
C
|
|
|
V
|
|
|
|
|
D
|
|
|
|
V
|
V
|
|
|
E
|
|
V
|
|
|
|
|
|
F
|
V
|
|
|
|
|
|
|
G
|
|
|
|
|
|
V
|
|
H
|
V
|
|
|
V
|
|
|
|
I
|
|
|
|
V
|
V
|
|
|
J
|
V
|
|
|
|
|
|
|
K
|
V
|
|
|
|
|
|
V
|
L
|
|
|
V
|
|
|
|
|
M
|
|
|
|
|
|
|
|
Dari 12 ibu
hamil yang mengalami mual dan muntah yang menyatakan penyebab mual dan muntah
karena bawang sebanyak 5 orang. Penelitian yang dilakukan E. Leslie
Cameron(2002) melaporkan sebanyak 85% ibu hamil lebih sensitif penciumannya
selama kehamilan. 2 orang menyatakan mual karena bau dapur, bau amis sebanyak 2
orang, bau badan suami 1 orang, dan asap
knalpot sebanyak 2 orang. Subjek juga
menambahkan bau yang menurutnya penyebab mual dan muntah yaitu bau durian 1
orang, parfum 3 orang, dan 1 orang karena bau santan. Banyak bau yang dapat
menyebabkan mual dan muntah dengan mempertimbangkan presepsi hedonis yang
berbeda dari bau selama kehamilan(T. Hummel etc, 2002). Hyperolfaction
kemungkinan yang bertanggungjawab untuk penciuman selama mual dan muntah(T. Hummel,
2001).
Dalam
penelitian yang dilakukan oleh E. Leslie Cameron(2007) menyatakan bahwa 61% ibu
hamil menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan sensitifitas penciuman dan
sebanyak 39% tidak mengalami perubahan sama sekali. Tetapi, penelitian Wysocki
dan Gilbert(1989) melaporkan bahwa 13.826 wanita yang di survey dari 1.2 juta
orang mengindikasikan bahwa hamil membuat kehilangan penciuman. Ibu hamil
mengira dirinya sendiri lebih sensitif dibanding sebelumnya. 64% dari wanita hamil mengaku memiliki perubahan
di presepsi penciuman(Cantoni etc, 1999). Sebuah penjelasan untuk perubahan antara
objetif dan subjektif ditemukan mungkin terletak pada proses kognitif dari
presepsi informasi chemosensory selama kehamilan(Zald DH dan Pardo JV(1997) dan
Hudry J etc(2001). Meskipun dua dari tiga ibu hamil berkata indra penciuman
mereka berubah saat hamil, tapi tidak ada hubungan yang jelas antara laporan
mereka dan sikap mereka yang membuktikan itu E. Leslie Cameron(2007).
Penelitian sistematik
meneliti perubahan sistem penciuman selama kehamilan menunjukkan sedikit bukti
untuk kenaikan sensitivitas penciuman selama kehamilan(Gilbert AN dan Wysocki
CJ, 1991 dan Kolbe N etc, 2001). Sedikit pengetahuan diketahui tentang kenaikan
fisiologi atau faktor psikologi selama kehamilan mungkin berdampak pada
performa sensori(M. Laska, B. Koch, B. Heid, dan R. Hudson). Dengan kata lain,
perubahan penciuman saat kehamilan muncul dihubungkan kebanyakan dengan
perubahan proses kognitif dari informasi penciuman, tetapi tidak ada perubahan
pada ketajaman penciuman(T. Hummel, 2002).
Daftar Pustaka
D. Rahmat, Sistem
Koordinasi dan Alat Indera pada Manusia.Bandung : Sarana Pustaka Ilmu.2000
Fauziyah, Yulia, Obsetri
Patologi.Yogyakarta:Nuhataedika,2012
Solihah, Lutfiatus.Panduan
Lengkap Hamil Sehat.Yogyakarta:Diva Press,2008
Roser, David.Bawang
Putih untuk Kesehatan.Jakarta:PT Bumi Aksara.2005
Steven, nordin, A
Longitudinal Study of Self-reported Abnormal Smell and Taste Perception in
Pregnant Women,2004.29:391-402
E. Lesile Cameron, Measures
of Human Olfactory Perception During Pregency.18 July 2007,32:775-782
Brian L. Swallow,Smell
Perception During Early Pregnancy: No Evidence of an Adaptive Mechanism,2005,112:57-62
Udi Eko Hernawan dan Ahmad D, Senyawa Organsulfur Bawang Putih dan Aktivitas Biologinya.17
Agustus 2003,2:165-167
Tidak ada komentar:
Posting Komentar